Senin 14 Oct 2019 05:02 WIB

Jika Wiranto tak Menangkis Serangan Abu Rara

Kondisi Menko Polhukam Wiranto semakin membaik dan segera pulang setelah penusukan.

Pelaku penusukan Menko Polhukam diamankan polisi.
Foto: istimewa/doc polres pandeglang
Pelaku penusukan Menko Polhukam diamankan polisi.

REPUBLIKA.CO.ID, -- JAKARTA -- Wakil presiden terpilih periode 2019-2024 KH Ma'ruf Amin mengunjungi Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto yang masih dirawat akibat mengalami penusukan di Serang, Banten, pekan lalu. Menurut KH Ma’ruf, Wiranto tak lama lagi bisa dipulangkan.

"Saya lihat kondisinya sudah membaik. Menurut dokternya, itu sudah dalam proses penyembuhan. Insya Allah, tidak lama lagi beliau akan pulih," ujar KH Ma'ruf usai menjenguk Wiranto di Paviliun Kartika, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta, Ahad (13/10).

Baca Juga

Ma'ruf mengatakan, dalam kunjungannya selama 15 menit itu dia sempat berbincang-bincang beberapa saat dengan mantan panglima ABRI tersebut. Menurut KH Ma'ruf, Wiranto cukup lancar menjawab pertanyaan-pertanyaan darinya.

"Beliau bicara lantang, lancar. Alhamdulillah sudah baik dan mudah-mudahan tidak lama lagi akan langsung pulang," ucap ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.

KH Ma'ruf menambahkan, dirinya baru sempat menjenguk Wiranto karena pada saat peristiwa terjadi pada Kamis (10/10) dia sedang berada di Nusa Tenggara Barat menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MUI. Dia bersyukur Wiranto bisa memperoleh penanganan yang cepat sehingga proses penyembuhan bisa berjalan dengan baik.

Menko Polhukam Wiranto mendapatkan perawatan di RSPAD karena ditusuk oleh orang tak dikenal di Alun-Alun Menes, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten. Insiden itu terjadi ketika Wiranto melakukan kunjungan kerja.

Belakangan, pelaku penusukan diketahui bernama Syahril Alamsyah alias Abu Rara yang diduga terpapar paham radikal. Wiranto sebelumnya mendapatkan penanganan medis awal di Puskesmas Menes dan RSUD Berkah, Pandeglang. Menurut Direktur Utama RSUD Berkah Pandeglang, Firman, mantan panglima ABRI itu terkena dua tusukan di perut.

Selain Wiranto, petugas medis juga menangani tiga orang lain yang juga terkena tusukan, yakni ajudan Wiranto, kapolsek Menes, dan seorang pegawai Universitas Mathla'ul Anwar.Selanjutnya, Wiranto diterbangkan menggunakan helikopter ke RSPAD Gatot Soebroto Jakarta untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Wakil Ketua MPR dari Partai DemokratSyarief Hasan mengatakan, Wiranto telah selesai menjalani pengobatan fisioterapi, yakni terapi berjalan. Hal itu disampaikan setelah dirinya menjenguk Wiranto, kemarin. "Tadi sempat terapi jalan beberapa langkah," ujar Hasan.

Ia mengaku tidak sempat berbincang karena Wiranto sedang tidur saat dia tiba. Informasi mengenai pengobatan fisioterapi Wiranto diperoleh dari keluarga yang berjaga. Hasan mendoakan agar Wiranto bisa segera membaik agar dapat dipindahkan dari ruangan perawatan.

"Mudah-mudahan dalam waktu satu minggu ini bisa pindah dari ruangan sekarang ICU ke ruangan perawatan," ucap Syarif.

Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie yang ikut menjenguk Wiranto kemarin mengatakan, jari kelingking Wiranto terluka akibat menangkis serangan. "Tangan kelingkingnya juga luka karena menangkis serangan itu," ujar Aburizal di RSPAD.

Dia mengatakan, berkat tangkisan tersebut, Wiranto berhasil terhindar dari luka yang lebih serius di bagian perutnya. Saat ini, kata dia, kondisi mantan panglima ABRI tersebut sudah dalam kondisi stabil dan mulai membaik.

"Jadi, saya bercakap-cakap dan saya mendoakan beliau cepat sembuh karena negara membutuhkan," kata Aburizal." Jangan lupakan bahwa beliau itu menko polhukam yang tertinggi, suatu pejabat tertinggi yang bertanggung jawab masalah keamanan dan beliau yang menjadi korban. Kita membutuhkan beliau cepat sembuh," tutur Aburizal.

Penusukan Wiranto pekan lalu termasuk salah satu kabar yang disoroti masyarakat. Namun, kejadian itu juga menimbulkan beragam pendapat publik. Tudingan tentang penusukan Wiranto adalah rekaan semata ramai terlontar, khususnya di jejaring media sosial.

Menanggapi hal itu, Kabid Humas Polda Banten Kombes Edy Sumardi menyebut masyarakat seharusnya berempati atas sebuah musibah yang menimpa seseorang, bukan malah melontarkan hal-hal negatif.

"Ya, kita harusnya bijak bermedia sosial, santun mencernanya. Kita mestinya berempati terhadap musibah ini, memiliki nurani untuk belajar mengambil hikmah dari kejadian ini, dan kita tidak mudah untuk mengatakan hal-hal negatif," kata Edy Sumardi, Ahad (13/10).

Ia mengimbau masyarakat untuk tidak mudah melontarkan tudingan tidak berdasar yang menunjukkan ketidakpedulian terhadap musibah pada sesama warga Indonesia. "Mari kita sebagai bangsa, sebagai bangsa yang beradab, memiliki nurani dan belajar merasakan apa yang orang rasakan," ujarnya.

Karopenmas Divisi Humas Polri Dedi Prasetyo memaparkan, pelaku penusukan Wiranto, yaitu Syahrial Alamsyah (AS) alias Abu Rara terafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Ia melakukan penusukan karena marah dan tertekan mendengar Ketua JAD Bekasi Fazri Pahlawan alias Abu Zee Ghuroba ditangkap beberapa hari lalu.

“Dalam pemeriksaan dua hari ini, ditemukan Abu Rara merasa takut, stres, dan tertekan mendengar ketuanya ditangkap, sehingga Abu Rara dan istrinya melakukan amaliyah dengan bilang ke istrinya harus melakukan persiapan amaliyah dengan benda-benda mematikan,” kata Dedy.

Dedi melanjutkan, meski Abu Rara tidak terafiliasi dengan ketua JAD Bekasi Abu Zee tersebut, Abu Rara pernah satu kali berkomunikasi dengan Abu Zee melalui media sosial. Bahkan, Abu Rara dan Fitri Andriana dinikahkan oleh Abu Zee sebelum mereka pergi dan tinggal di Kampung Menes, Pandeglang, Banten.

Dedi melanjutkan, Abu Rara dan istrinya sudah melakukan persiapan begitu melihat ada pejabat yang datang ke Lapangan Alun-Alun Menes. Tempat tinggal Abu Rara dan istrinya ke Alun-Alun Menes sekitar 300 meter.

Abu Rara dan istrinya mendekat ke arah Wiranto dengan alasan ingin berswafoto. Para aparat keamanan sudah menghalau mereka. Namun, Abu Rara tetap menerobos dan langsung menusuk anak buah Wiranto yang bernama Fuad, lalu langsung ke Wiranto.

“Aksi Abu Rara dan istrinya ini spontan. Mereka tidak tahu siapa pejabat yang mereka tusuk, tapi tujuan mereka pejabat dan kepolisian. Yang mereka tahu, pejabat datang, masyarakat ramai berdatangan, dan mereka lakukan gerakan amaliyah agar langsung meninggal di tempat karena dilumpuhkan polisi,” ujar dia.

(antara/alkhaledi kurnialam/haura hafizhah ed: fitriyan zamzami)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement