Sabtu 12 Oct 2019 09:20 WIB

BNPB: Ambon dan Seram akan Hilang Akibat Gempa Kabar Hoaks

Informasi hoaks tentang Pulau Ambon dan Seram tersebar di media sosial.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Nur Aini
Petugas BMKG Stasiun Geofisika Ambon memantau perkembangan gempa bumi yang mengguncang Pulau Ambon, Maluku, Kamis (10/10/2019).
Foto: Antara/Izaac Mulyawan
Petugas BMKG Stasiun Geofisika Ambon memantau perkembangan gempa bumi yang mengguncang Pulau Ambon, Maluku, Kamis (10/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengklarifikasi informasi palsu atau hoaks bahwa gempa palung Banda akan menyeret Pulau Ambon dan Seram. Informasi bohong yang beredar juga menyatakan posisi Ambon tepat di atas tebing jurang paling laut paling dalam dunia.

"Belum ada dalam sejarah gempa dan tsunami di dunia ada gempa yang menghilangkan satu pulau sebesar Ambon, apalagi sebesar Pulau Seram," ujar Ahli tsunami BNPB Abdul Muhari dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (12/10).

Baca Juga

Ia menuturkan, beberapa penjelasan diberikan terkait kabar viral di media sosial potensi tsunami di Maluku, khususnya Ambon dan Seram. Muhari menyampaikan berita viral tersebut adalah hoaks. Gambar batimetri yang diedit sedemikian rupa dan diberikan keterangan seakan-akan ilmiah tetapi bertujuan untuk menyebarkan ketakutan kepada masyarakat.

Muhari menjelaskan, gambar tersebut bukanlah foto satelit 3D karena satelit tidak bisa membuat foto dasar laut apalagi hingga kedalaman tujuh km di bawah permukaan laut. Gambar tersebut hanyalah data batimetri biasa yang tersedia banyak di internet.

"Kemudian diberi efek ketinggian dan kedalaman yang lebih signifikan seakan-akan data ini baru padahal data ini adalah data lama dan data biasa saja," kata dia.

Muhari menyampaikan, asumsi jika terjadi gempa dari palung Banda akan menyeret Pulau Ambon dan Seram adalah tidak benar. Apabila gempa di kawasan Maluku berpotensi menimbulkan longsoran lokal seperti yang terjadi di Palu tahun 2018 lalu, atau di Semenanjung Elpaputih tahun 1899 benar adanya, tetapi dengan skala lokal.

"Ini harus kita sikapi dengan bijak dengan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan persiapan rencana evakuasi mandiri yang baik," kata Muhari yang pernah bekerja di Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Ia juga mengungkapkan sebuah penelitian potensi patahan palung Banda oleh Jonathan M Pownal Gordon S Lister dan Robert Hall. Ia menyampaikan, penelitian tadi telah dipublikasikan pada 2016 yang tidak membahas sama sekali mengenai potensi tsunami atau potensi gempa yang bisa menyeret Pulau Ambon dan Seram.

"Bahkan, dalam hasil penelitian tersebut sangat jelas disebutkan bahwa tidak ada bukti bahwa segmen palung Banda tersebut adalah segmen seismik aktif. Jadi jika ada berita atau tulisan yang mengkaitkan hasil penelitian tersebut dengan prediksi-prediksi kejadian gempa atau tsunami yang akan terjadi di Ambon maka itu adalah hoaks," kata Muhari.

BNPB mengimbau masyarakat untuk tidak terpancing terhadap berita palsu yang beredar baik dari sosial media maupun omongan warga. Berita seperti tersebut sengaja ditimbulkan untuk menimbulkan rasa khawatir, panik, dan takut masyarakat di tengah bencana.

BNPB berharap masyarakat mengecek informasi resmi potensi bahaya dan parameter gempa atau tsunami dari sumber resmi seperti BMKG, BNPB, atau pun BPBD setempat. Hal tersebut untuk kepentingan masyarakat agar tak begitu saja menerima berita atau informasi yang berujung hoaks.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement