Jumat 11 Oct 2019 18:21 WIB

Polisi: Pelaku tak Tahu yang Ditusuk adalah Wiranto

Polisi menyebut pelaku melakukan penusukan karena stres ketua JAD ditahan.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Teguh Firmansyah
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo (kanan) menunjukkan foto tersangka pelaku dan barang bukti penikaman Menko Polhukam Wiranto saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo (kanan) menunjukkan foto tersangka pelaku dan barang bukti penikaman Menko Polhukam Wiranto saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (11/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Karopenmas Divisi Humas Polri, Dedi Prasetyo menyebut pelaku penusukan Menko Polhukam Wiranto yaitu Syahrial Alamsyah (AS) alias Abu Rara memiliki rasa takut, stres dan tertekan mendengar ketua Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi Fazri Pahlawan alias Abu Zee Ghuroba beberapa hari lalu ditangkap. Hal itulah yang membuat Abu Rara dan istrinya, Fitri Andriana memutuskan melakukan amaliyah yaitu berkorban nyawa untuk agama.

“Dalam pemeriksaan dua hari ini, ditemukan Abu Rara merasa takut, stres dan tertekan mendengar ketuanya ditangkap. Sehingga Abu Rara dan istrinya melakukan amaliyah dengan bilang ke istrinya harus melakukan persiapan amaliyah dengan benda-benda mematikan,” katanya di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (11/10).

Baca Juga

Dedi melanjutkan, meski Abu Rara tidak terafiliasi dengan ketua JAD Bekasi Abu Zee tersebut, tetapi Abu Rara pernah satu kali berkomunikasi dengan Abu Zee melalui media sosial. Bahkan, Abu Rara dan Fitri Andriana dinikahkan oleh Abu Zee sebelum, mereka pergi dan tinggal di Kampung Menes, Pandeglang, Banten.

Dedi melanjutkan Abu Rara dan istrinya sudah melakukan persiapan dengan mereka melihat ada pejabat yang datang ke Lapangan Alun - Alun Menes, Desa Purwaraja, Menes, Pandeglang, Banten. Kebetulan tempat tinggal Abu Rara dan istrinya ke Alun- Alun Menes hanya sekitar 300 meter.

photo
Menko Polhukam Wiranto (kedua kiri) diserang orang tak dikenal dalam kunjungannya di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).

Lalu, Abu Rara dan istrinya mendekat ke arah Wiranto dengan alasan ingin berswafoto. Para aparat keamanan sudah menghalau mereka. Namun, Abu Rara tetap menerobos dan langsung menusuk anak buah Wiranto yang bernama Fuad, habis itu langsung ke Wiranto.

Sementara itu, Kapolsek Menes Kompol Daryanto juga terluka di bagian punggung yang ditusuk oleh istri Abu Rara. Mereka menggunakan pisau kunai. Dedi mengaku pisau kunai tersebut melekat di tangan dan susah dilepas. Lalu, aparat keamanan melakukan pelumpuhan dan menangkap mereka.

“Aksi Abu Rara dan istrinya ini spontan. Mereka tidak tahu siapa pejabat yang mereka tusuk. Tapi tujuan mereka pejabat dan kepolisian. Yang mereka tahu pejabat datang, masyarakat ramai berdatangan, dan mereka lakukan gerakan amaliyah agar langsung meninggal di tempat karena dilumpuhkan polisi. Bayangan meteka seperti itu. Namun, mereka saat ini masih ditangkap,” ujar dia.

Terkait pelaku Abu Rara memang sudah dipantau selama tiga bulan. Namun, alasan belum ditangkap karena polisi belum menemukan adanya bukti perbuatan melawan hukum.

“Saat itu di Kampung Menes belum ditemukan adanya persiapan atau bukti secara otentik yang melawan hukum yang dilakukan Abu Rara,” kata dia.

Adapun pola yang dimiliki jaringan-jaringan teroris yaitu pertama ada tahap perencanaan awal yang membangun komunikasi intens baik langsung atau verbal maupun tidak langsung melalui media sosial.

Kedua, taklim umum adalah ajaran-ajaran cara menyerang untuk mematangkan sisi mental dan spiritual yang bersangkutan. Ketiga, taklim khusus adalah mereka sebagai tahapan orang-orang yang sudah mendapat penilaian cukup kuat dari tokoh perekrutnya untuk bergabung sebagai simpatisan.

Keempat, mereka melakukan pelatihan seperti merakit bom, berlatih panah dan senjata tajam. Kelima, melakukan persiapan amaliyah dengan mengumpulkan benda-benda yang mematikan untuk melakukan penyerangan kepada target yaitu pemerintah dan kepolisian. Maka dari itu, kata dia, ia mengimbau agar masyarakat tidak percaya dengan paham radikalisme.

“Saat ini Densus 88 sedang mendalami otak di balik kelompok teroris lainnya di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bandung, Manado, dan Bali. Kami mohon waktu untuk tindakan komprehensif akan disampaikan kembali,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement