REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sosiolog Universitas Andalas (Unand) Padang Dr Elfitra menilai pemulangan warga Minang yang menjadi korban kerusuhan di Wamena bukan solusi yang tepat. Sebab, hal yang lebih penting adalah menjamin keamanan warga di daerah itu.
"Yang terpenting adalah bagaimana pihak keamanan dan pemerintah setempat menjamin keselamatan warga, apalagi Wamena masih bagian dari Indonesia dan orang Minang memiliki kewarganegaraan yang sama," kata dia di Padang, Rabu (9/10).
Menurutnya, perantau Minang di Indonesia bagian timur sudah ada yang menetap beberapa generasi serta lahir di sana hingga menganggap Papua sebagai kampung mereka. "Pemerintah harus membuat sejumlah pilihan, tidak mutlak harus dipulangkan semua, tetapi bagi yang ingin kembali ke kampung halaman tentu difasilitasi," ujarnya.
Ia menilai pelaku kerusuhan diduga bukan warga setempat dan yang jadi korban bukan hanya pendatang saja. Terkait dengan fenomena merantau warga Minang dari Sumatera Barat hingga ke Wamena Papua, ia melihat hal ini terjadi karena daerah rantau di kota besar sudah mengalami kejenuhan ekonomi.
"Idealnya kan merantau itu dari desa ke kota, akan tetapi jika di kota persaingan sudah ketat dan ruang usaha kian menyempit akhirnya banyak yang memilih ke daerah lain yang sedang berkembang," ujarnya.
Ia menilai pilihan masyarakat dalam memutuskan daerah tujuan rantau salah satunya adalah daerah yang dianggap berkembang dan memiliki potensi yang bagus. Apalagi pada akhir orde baru kebijakan pembangunan mengarah pada Indonesia timur sehingga daerah tersebut menjadi salah satu tujuan perantauan warga Minang, ujarnya.
Ia mengemukakan karena pesatnya perkembangan menyebabkan daerah Indonesia timur menjadi pilihan bagi orang Minang untuk merantau. "Di Papua contohnya karena keandalan menjembatani kebutuhan masyarakat akhirnya perantau Minang bisa eksis di sana," katanya.
Ia menambahkan kendati ada perbedaan budaya, etnis dan agama tapi karena perkembangan ekonomi bagus itu yang menjadi pertimbangan.
Sebelumnya sejumlah perantau asal Sumatera Barat (Sumbar) mendarat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman, pada Kamis (3/10) memilih tinggal di kampung hingga suasana di Wamena, Papua kembali kondusif. "Saya memilih pulang kampung dulu karena mengingat keselamatan istri dan anak, sampai situasi benar-benar kondusif dan normal kembali," kata salah seorang perantau Defrizul (45), diwawancarai saat sampai di BIM.
Setelah kondisi sudah benar-benar kondusif, ia berencana kembali ke Wamena. "Alasannya karena di sana (Wamena) terasa enak berusaha dan bisa berbaur antar sama, kalau pelaku kerusuhan sekarang ini kan datang dari luar," katanya.