Rabu 09 Oct 2019 18:30 WIB

Sekitar 1.200 Pengungsi Kerusuhan Wamena Batal Dipulangkan

Para relawan dan pengungsi kecewa dengan keputusan pembatalan pemulangan.

Rep: Bambang Noroyono, Antara/ Red: Andri Saubani
Para pengungsi di Sentani, Jayapura menunggu pemulangan ke kampung halaman, Rabu (9/10). REPUBLIKA/Bambang Noroyono
Foto: Republika/Bambang Noroyono
Para pengungsi di Sentani, Jayapura menunggu pemulangan ke kampung halaman, Rabu (9/10). REPUBLIKA/Bambang Noroyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Rencana pemulangan 1.200 pengungsi korban kerusuhan Wamena, di Sentani, Jayapura, Papua dibatalkan. Para relawan dan pengungsi pun menuding pemerintah ingkar janji untuk memulangkan mereka ke kampung halaman.

Kordinator Relawan Bijotoluwu, paguyuban masyarakat asal Palopo, Sulawesi Selatan (Sulsel) di Jayapura, Indira Kasim mengatakan, pembatalan pemulangan para korban kerusuhan, keputusan sepihak pemerintah. Padahal kata dia, sejumlah kesepakatan kepada para pengungsi, pemerintah daerah masing-masing wilayah, dan pusat, menjanjikan untuk memfasilitasi keinginan para korban pulang kampung sementara.

Baca Juga

“Tadi kami sudah siap-siap untuk berangkat ke syahbandar (pelabuhan) di Jayapura. Tetapi tiba-tiba ada informasi pembatalan,” kata Indira saat ditemui Republika di Posko Pengungsian Warga Palopo, di Sentani, Rabu (9/10).

Indira mengatakan, koordinasi antara kordinator relawan dan pejabat di otoritas pelabuhan Jayapura, mengungkapkan pembatalan memulangkan para pengungsi tersebut perintah dari Jakarta, yang meminta para warga pendatang, kembali ke Wamena. Rabu (9/10) pagi sekitar pukul enam, di Jalan Kemiri Sentani, persisnya di salah satu ruko pusat perbelanjaan Borobudur, berkumpul sekitar 400-an warga asal Palopo, Sulsel.

Tempat itu adalah satu dari tujuh titik pengungsian korban kerusuhan Wamena yang ada di Sentani. Di tempat itu, kebanyakan para ibu, dan pemuda, serta anak-anak dan bayi. Rencananya, sekitar 263 di antara mereka bagian dari 1.200 orang yang akan diberangkatkan pulang serempak, bersama para pengungsi dari titik lainnya ke kampung halaman masing-masing.

photo

Pemulangan rencananya lewat jalur laut menggunakan Kapal Sinabung. Para pengungsinya tampak senang dengan rencana ini, mengingat mereka sudah dua pekan lebih terkatung-katung di penampungan. Sebelum berangkat, para pengungsi khusus asal Kabupaten Luwu, Palopo, mendapatkan uang saku dari pemerintah daerahnya untuk bekal selama perjalanan pulang kampung.

Sekitar pukul delapan, setelah pengungsi menaiki dua bus besar dan tiga truk pengangkut barang, tiba-tiba petugas keamanan dari kepolisian dan tentara yang selama ini menjaga posko mereka meminta supir bus dan truk untuk bertahan sementara. Seorang anggota Babinsa dari Koramil Sentani, Suryadi kepada Republika di lokasi, sempat membisikkan informasi tentang simpang siur kepulangan.

Meski ia mendukung rencana pulang kampung para pengungsi itu, ia hanya menjalankan perintah untuk menahan sementara keberangkatan bus dan truk untuk menuju ke Jayapura. Seorang anggota Sabhara, dari Polres Jayapura, Syahrizal yang juga ikut menjaga posko pengungsian tersebut, pun mengatakan informasi pembatalan yang sama.

“Ini mungkin masih ada salah komunikasi. Kasihan mereka (pengungsi) ini kalau tidak jadi (dipulangkan). Sudah naik (bus),” ujar Syahrizal.

Suryadi, yang memberikan data kepastian pemulangan para pengungsi, pun meminta Republika menunggu kepastian tentang pembatalan sampai pukul 11:00 WIT. “Serentak ini dibatalkan. Semua dibatalkan, 1.200 orang dibatalkan,” ungkap Suryadi.

Ia bersama Syahrizal, dan sejumlah personel keamanan yang berjaga di posko tersebut, pun meminta pengertian para pengungsi untuk tetap sabar, lantaran kabar pembatalan pemulangan itu. Tepat dari waktu yang dijanjikan, para pengungsi yang sudah siap-siap berada dalam bus, dan truk untuk diberangkatkan ke Pelabuhan Jayapura, pun akhirnya diturunkan setelah kepastian mereka pulang kampung, batal.

“Tolonglah pulangkan kami dulu. Biarlah kami pulang (kampung) dulu,” kata Isnawati, seorang ibu yang mengungsi bersama empat anak-anaknya.

Menurut dia, anak-anaknya sudah tak betah di pengungsian, dan menginginkan tidur di rumah. Di lokasi pengungsian lainnya, di Masjid Raya al-Aqsa, Sentani, pun mengalami yang sama. Di titik pengungsian ini, sekitar 145 warga asal Jawa Timur (Jatim) yang semula akan dipulangkan ke kampung halaman. Para pengungsi, pun sudah masuk dalam bus dan truk, untuk berangkat bersama-sama para pengungsi dari titik lainnya menuju syahbandar Jayapura. Akan tetapi, kabar pembatalan membuat mereka kembali ke tenda pengungsian.

“Kami sangat kecewa,” kata Suparlin, pengungsi asal Probolinggo.

Seperti para pengungsi lainnya, bapak usia 50-an tahun itu mengatakan, pulang kampung akan membuat warga korban Wamena, kembali mendapat ketenangan sebelum memutuskan merantau kembali ke Wamena. Selain di Posko Palopo, dan Al-Aqsa, lokasi pemulangan juga dilakukan dari titik pengungsian di Lanud Silas Papare dengan jumlah 126 orang.

Di Posko Dunlop, ada sekitar 83 pengungsi dan di Posko Sulut, sebanyak 120 pengungsi yang akan dipulangkan. Juga di Posko KKSS sekitar 122 orang, di Rindam sekitar 86 orang, dan Posko Batalyon 751 sebanyak 253 pengungsi.

Menko Polhukam Wiranto meminta panguyuban agar mengajak warganya yang saat ini mengungsi untuk kembali ke Wamena guna membangun wilayah itu bersama-sama dengan pemerintah dan masyarakat lainnya. Permintaan itu diutarakan Wiranto saat bertemu dengan tokoh masyarakat dan agama yang dilaksanakan di Lanud Silas Papare Sentani, Rabu (9/10).

Menurutnya, Presiden Jokowi juga berpesan agar masyarakat mau kembali ke Wamena dan menata kehidupan seperti sebelumnya. “Kita semua bersaudara,” kata Wiranto.

Wiranto yang didampingi Panglima TNI, Kapolri dan Kepala Badan Siber Nasional juga mengajak para tokoh agar mendorong warga panguyuban yang saat ini masih berada di pengungsian agar mau kembali dan membangun puing-puing yang sempat rusak bersama-sama. Menurutnya, situasi di Wamena dan wilayah lain di sekitarnya sudah relatif aman.

“Mari kita bersama-sama menata kembali kehidupan walaupun di tanah rantau,” ajak Wiranto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement