Rabu 09 Oct 2019 16:39 WIB

Gelombang Terakhir Perantau Minang di Wamena Tiba di Sumbar

Sebanyak 106 akan tiba hari ini dalam dua penerbangan.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Esthi Maharani
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit saat menemui ratusan warga perantau di Makodim  Wamena, Ahad (29/9.
Foto: Dok Pemprov Sumbar
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit saat menemui ratusan warga perantau di Makodim Wamena, Ahad (29/9.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Sebanyak 106 warga Minang perantau Wamena akan tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) hari ini, Rabu (9/10). Gelombang eksodus ini akan jadi yang terakhir di Sumbar.

''Yang sudah berada di Sumbar sebanyak 596 orang. Hari ini akan ada lagi yang akan mendarat di BIM,'' kata Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit di Auditorium Sumbar di Padang, Rabu (9/10).

Informasi yang diterima Republika dari Biro Kerjasama Rantau Pemprov Sumbar kedatangan perantau Sumbar sebanyak 106 akan tiba hari ini dalam dua penerbangan. Pertama akan tiba dengan pesawat Garuda Indonesia sebanyak 79 orang pada pukul 18.00 WIB. Kemudian penerbangan selanjutnya akan mendaratkan sebanyak 27 orang dengan maskapai Lion Air pukul 21.30 WIB.

Sebelumnya diberitakan perantau Minang yang sudah berada di kampung halaman sebanyak 596. Gelombang pemulangan ini dimulai sejak pekan lalu. Pemulangan perantau Minang dari Wamena ini difasilitasi oleh Pemprov Sumbar, ACT dan berbagai organisasi lainnya.

Sejak tragedi berdarah di Wamena, Pemprov Sumbar mencatat ada 1.470 perantau Minang yang ingin kembali ke kampung halaman. Karena mereka merasa tidak aman dan harta benda mereka hancur terbakar dan dirusak oknum perusuh.

Tapi sekarang yang sampai Sumbar cuma 596 ditambah 106 orang lagi yang memilih pulang kampung. Sisanya ada perantau Minang yang hanya sampai Jakarta dan provinsi lain. Ada gelombang eksodus dari perantau Minang di Wamena memilih pindah ke provinsi lain mencari penghidupan baru.

"Ada yang pulang sampai Jakarta, ada yang memilih pindah ke provinsi lain. Karena sejak awal kita ingatkan kembali ke Sumbar tidak ada jaminan kehidupan dan ekonomi yang lebih baik," ucap Nasrul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement