Selasa 08 Oct 2019 15:36 WIB

Daerah Harus Bantu Kota Bandung Uraikan Kemacetan

Masyarakat Bandung diminta kesadarannya gunakan transportasi masal.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Indira Rezkisari
Kemacetan lalu lintas saat ngabuburit di salah satu ruas jalan kawasan Pusdai, Kota Bandung, Kamis (24/5).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Kemacetan lalu lintas saat ngabuburit di salah satu ruas jalan kawasan Pusdai, Kota Bandung, Kamis (24/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Survei versi Bank Pembangunan Asia (Asia Development Bank/ADB), tingkat kemacetan Kota Bandung lebih tinggi dibanding kota besar lainnya, seperti Jakarta dan Surabaya. Menanggapi hal ini, Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum menilai dibutuhkan kerja sama dan solusi dari semua pihak.

Masalah kemacetan dipandangnya sebagai isu klasik terjadi di setiap perkotaan.

Baca Juga

"Upaya kami sendiri, untuk mengurai kemacetan di Kota Bandung, Provinsi Jabar sepakat untuk membuat jalan layang di tengah kota yang akan tembus ke Kota Bandung dan Kabupaten Bandung," ujar Uu kepada wartawan, Selasa (8/10).

Menurut Uu, pembangunan jembatan layang ini sebenarnya bisa jadi solusi sementara walaupun memang belum bisa optimal menyelesaikan masalah. Tapi, bagaimana pun Pemprov Jabar harus membuat tindakan.

"Jadi kan memang harus ada sebuah keputusan. Jangan sampai pemerintah tahu ada daerah macet tapi diam saja. Pemprov dan pemerintah makanya berupaya tapi  tetap harus ada kerja sama dari semua daerah," katanya.

Selain membangun jembatan layang, kata dia, upaya lain yang dilakukan Pemprov Jabar adalah mendorong transportasi masal yang sudah sejak lama dilakukan. Namun, ini kurang berjalan karena kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk menggunakan angkutan umum.

"Solusi jangan hanya diserahkan ke kami.  Masyarakat pun kesadaran untuk menggunakan transportasi masalnya harus tumbuh. Kalau hanya sanksi dan anggaran dari kami  tak efektif jadi jangan hanya menyerahkan ke pemrrintah," paparnya.

Survei versi Bank Pembangunan Asia (Asia Development Bank/ADB), tingkat kemacetan Kota Bandung lebih tinggi dibanding kota besar lainnya. Seperti Jakarta dan Surabaya.

Dalam rilis survei Update of the Asian Development Outlook edisi September 2019, dari 24 kota termacet, Kota Bandung menduduki peringkat ke-14; Jakarta, 17; dan Surabaya, 20.

ADB pun menyebutkan, dari 278 kota di dunia yang diteliti, rata-rata tingkat kemacetan seluruh kota mencapai 1,24, yang artinya masyarakat memerlukan waktu 24 persen lebih banyak untuk melakukan perjalanan di jam sibuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement