REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penunjukkan Eks Ketua DPR RI Bambang Soesatyo sebagai ketua MPR RI periode 2019 - 2024 memunculkan spekulasi keterkaitan dengan kontestasi calon Ketua Umum Golkar. Penunjukan itu disebut-sebut sebagai barter politik agar Bamsoet tidak mencalonkan diri sebagai Ketua Umum.
Analis Politik dan Direktur Sinergi Data Indonesia (SDI) Barkah menilai perseteruan antara Bambang Soesatyo (Bamsoet) dan Airlangga Hartarto dalam perebutan kursi Ketua Umum Partai Golkar ditentukan dalam kontestasi Ketua MPR. "Syarat ini tentu tak mudah, artinya, Airlangga Hartarto harus bergerilya menggalang dukungan dari partai-partai lain untuk memuluskan Bambang Soesatyo menjadi MPR 1," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (4/10).
Dengan terpilihnya Bamsoet sebagai Ketua MPR, maka Barkah memprediksi Bamsoet tidak jadi melawan Airlangga dalam kontestasi ketua umum Golkar. "Maka Munas Golkar sudah game over," ujarnya.
Barkah menambahkan, jika Airlangga gagal, bukan tidak mungkin, masalah ini akan menjadi amunisi bagi Bambang Soesatyo dan pendukung untuk menggalang dukungan kembali dalam perebutan ketum di Munas Golkar Desember mendatang. Namun, Bamsoet nyatanya telah terpilih. "Jadi, pada sidang MPR dengan agenda pemilihan Ketua MPR Airlangga Hartarto sangat berkepentingan," kata dia.
Golkar sendiri membantah adanya upaya bagi-bagi kursi antara Bamsoet dengan Ketua Umum Airlangga Hartarto yang juga bakal maju sebagai ketua umum Golkar. Namun, Golkar juga mengakui adanya sebuah kesepakatan terkait penunjukkan Bamsoet sebagai pimpinan MPR itu.
"Tidak, ini bukan bagian dari bagi-bagi kursi, tapi kita telah melakukan pengkajian yang mendalam, menjaga soliditas partai dan juga menjaga konsolidasi partai agar tetap berjalan sebaik-baiknya," kata Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily di Kompleks Parlemen RI, Jakarta, Selasa (1/10) lalu.
Berdasarkan rapat DPP Golkar, Bambang Soesatyo dipilih sebagai calon Ketua MPR RI dari Golkar. Selain Bamsoet, Aziz Syamsuddin juga dipilih Golkar untuk menjadi Wakil Ketua DPR RI. Golkar menyebut, dua posisi tersebut tepat diberikan pada dua orang kader Golkar itu.
Terkait kontestasi ketua umum Golkar, Ace menegaskan bahwa ketua umum Golkar akan dipilih melalui Musyawarah Nasional (Munas) yang memiliki mekanisme sendiri. Namun, Ace mengakui, Golkar saat ini memerlukan 'kesepahaman dan kesepakatan' untuk menjaga soliditas partai Golkar.
"Apa yang terjadi saat ini adalah salah satu solusi yang tepat bagi Golkar untuk menjaga soliditas kita dalam menjalankan fungsi-fungsi kepartaiannya," kata Ace.
Saat ditanya soal kemungkinan Bamsoet mencalonkan diri sebagai Ketua Umum, Ace tak memberikan jawaban rinci. "Tentu dalam politik ada kesepakatan tentu kami berharap kesepakatan-kesepakatan dari berbagai pihak terkait dengan keputusan-keputusan politik yang ditetapkan dalam rapat partai Golkar itu akan diikuti oleh semua pihak," ujar dia.