Kamis 03 Oct 2019 05:15 WIB

Kenali Kriteria Daerah Rawan Longsor Jelang Musim Hujan

Daerah di Indonesia khususnya Jawa Barat akan masuki musim hujan pada November

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com
 Daerah rawan longsor
Daerah rawan longsor

BANDUNG WETAN, AYOBANDUNG.COM -- Saat ini sejumlah daerah di Indonesia termasuk Jawa Barat tengah memasuki musim pacaroba atau musim peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan. Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), Pulau Jawa akan memasuki musim hujan mulai November 2019.

Bersamaan dengan dimulainya musim penghujan, potensi bencana banjir dan longsor pun mengintai. Kepala Pusat Vulkanologi san Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani menyebutkan, hampir seluruh daerah di Jawa Barat dari barat hingga selatan rentan longsor.

"Sekarang belum masuk musim hujan, tetapi kalau sudah masuk ke musim penghujan perlu waspada. Hampir semua daerah  (di Jawa Barat) dari barat hingga selatan sering longsor. Persiapan mitigasi, salah satunya sosialisasi kepada masyarkaat dan stakeholder penting untuk membantu memahami potensi bencana," ungkapnya ketika ditemui di sela acara FGD Gerakan Tanah 2019 PVMBG di Auditorium Geologi, Jalan Diponegoro, Bandung, Rabu (2/10).

Berdasarkan data yang dikeluarkan PVMBG per Oktober 2019, seluruh daerah di Jawa Barat memiliki potensi gerakan tanah yang masuk ke dalam kategori menengah hingga tinggi.

AYO BACA : BPBD Bandung Distribusikan 995.000 Liter Air Bersih Selama Kemarau

Untuk kategori menengah, gerakan tanah berpotensi terjadi apabila curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

Sementara untuk kategori potensi tinggi, gerakan tanah dapat terjadi apabila curah hujan yang turun berada di atas normal. Selain itu, gerakan tanah lama seperti misalnya longsor di masa lalu dapat berpotensi terulang kembali. Kasbani mengatakan, gerakan tanah di suatu daerah dapat disebabkan oleh faktor penyebab maupun pemicu.

"Kalau penyebab sudah bawaan, karena kondisi geologisnya demikian. Seperti kondisi kelerengan, kondisi keairan, dan sebagainya," ungkapnya. Untuk peyebab pemicu, dia mengatakan, hal yang memengaruhi di antaranya adalah curah hujan tinggi, gempa bumi, hingga faktor lain seperti erupsi.

"Tapi yang paling banyak menjadi penyebab adalah curah hujan," jelasnya.

AYO BACA : Kemarau, Area Persawahan di Kabupaten Tasik Longsor

Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG, Agus Budianto menyebutkan, terdapat sejumlah kriteria yang dapat menjadi pegangan untuk menentukan apakah daerah yang ditinggali seseorang menyimpan potensi longsor atau tidak. Hal tersebut mencakup daerah yang memiliki lereng, memiliki tanah pelapukan yang tinggi, tata guna lahannya berubah, hingga lokasinya dekat dengan mata air dan sungai.

Dia juga mengimbau masyarakat untuk memerhatikan sekitar dan dapat meningkatkan kewaspadaan di musim penghujan.

"Ketika curah hujan meningkat atau terjadi gempa  bumi, secara individu semua bertanggung jawab karena kejadian gerakan tanah itu lebih kecil dari RT atau kampung. Warga yang paham akan potensi bencana di daerahnya. Titik-titik yang sebelumnya pernah terjadi longsor dan saat ini tidak ada pohon di atasnya, patut diwaspadai," jelas Agus ketika ditemui dalam kesempatan yang sama.

Selain itu, Kasbani mengatakan, daerah yang pada saat kemarau mengalami kekeringan hingga menimbulkan keretakan pada tanah juga berpotensi mengalami gerakan tanah ketika hujan turun.  Untuk itu, masyarakat diminta melakukan antisipasi sebelum musim penghujan tiba.

"Tanah yang lama enggak kena air dan ada retak-retaknya itu ketika terisi air di musim hujan bisa memicu longsor. Ada baiknya mengurangi potensi itu dengan meerhatikan jalur-jalu air, drainase, dan mengisi retakan-retakan tanah dengan tanah halus atau tanah lempung," ungkapnya. 

AYO BACA : Dua Rumah Rusak Akibat Longsor di Kabupaten Bogor

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement