REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Muhammadiyah sejak didirikan hingga saat ini memiliki komitmen luhur untuk selalu ikut terlibat menyejahterakan, mencerdaskan, dan memajukan masyarakat melalui berbagai amal usahanya. Maka ketika sebagian wilayah di Indonesia sedang dikoyak oleh berbagai bencana alam, maka sudah menjadi kewajiban bagi Muhammadiyah untuk memberikan pertolongan bagi yang membutuhkan.
Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam situasi bencana seperti yang terjadi di Palu dan Donggala maupun daerah lainnya, maka bukan hanya pemulihan sarana dan prasarana infrastruktur saja yang harus dilakukan, tetapi juga pemenuhan hak dasar masyarakat, salah satunya sektor kesehatan.
‘’Kami ingin dalam setiap bencana yang menimpa saudara-saudara kita, saya meminta lembaga atau organisasi di bawah naungan Muhammadiyah seperti ‘Aisyiyah harus menjadi kekuatan penggerak masyarakat untuk bangkit,’’ pinta Haedar, usai melakukan peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Siti Fadilah Supari di Palu, Ahad (1/9).
Haedar mengakui, fokus organisasinya saat ini dalam menangani pascabencana Palu dan Donggala adalah mendirikan satu pusat kesehatan yang didukung dengan dokter serta tenaga medis berkompeten. ‘’Hal ini penting agar pelayanan kesehatan cepat dan tepat,’’ jelasnya.
Senada dengan harapan yang disampaikan Haedar Nashir, Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah yang memiliki jaringan di seluruh pelosok Indonesia ternyata sudah banyak berkiprah di sejumlah lokasi bencana di Palu dan Donggala Sulawesi Tengah. Provinsi tersebut sebelumnya diguncang gempa berkekuatan 7,4 skala richter yang terjadi September tahun lalu.
‘’Kami telah melaksanakan tugas-tugas rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Palu secara menyeluruh. Itu dibuktikan dilaksanakannya program-program jangka pendek maupun jangka panjang,’’ kata Sekretaris Umum PP ‘Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah, di kantornya, Jumat (27/9).
Beberapa hal yang sudah dikerjakan menurut Tri, antara lain memberi pendampingan psikososial kepada anak-anak. Fokusnya, melepaskan traumatik yang menimpa anak-anak setelah bencana. Pihak dari ‘Aisyiyah yang dilibatkan mulai dari guru-guru ‘Aisyiyah sampai pimpinan-pimpinan ‘Aisyiyah, semua dilibatkan melakukan pendampingan psikososial.
"Untuk tanggap bencana, pendampingan itu kita lakukan menyasar anak-anak, terutama Sekolah Dasar (SD) dan Taman Kanak-Kanak (TK)," kata Tri lagi.
Kebutuhan spesifik
Selain itu, ‘Aisyiyah sejak awal terjadinya bencana memang sudah membangun dapur-dapur umum dan mengirimkan berbagai bantuan di berbagai titik, utamanya bagi anak-anak, perempuan dan lanjut usia. Sebab, untuk penanganan bencana, biasanya kebutuhan-kebutuhan spesifik untuk mereka kurang mendapatkan perhatian.
Menurutnya bencana yang melanda berbagai wilayah memang tidak pernah memilih korban. Selain rumah-rumah masyarakat, bangunan-bangunan sekolah banyak yang ditemukan hancur, bahkan banyak yang tidak bisa digunakan kembali. Akhirnya, PP ‘Aisyiyah berkoordinasi dengan PP Muhammadiyah membangun sekolah-sekolah itu kembali.
Kenapa sekolah yang dipilih? Karena lanjut dia, sekolah selain bisa dipakai sebagai tempat mengungsi tapi juga menjadi alternatif anak-anak untuk beraktivitas. Selain sekolah, ‘Aisyiyah juga membangun panti-panti asuhan yang ada di Palu. Dan ‘Aisyiyah juga memberikan beasiswa untuk guru-guru PAUD.
Mengidentifikasi kebutuhan
Tri mengungkapkan, saat ini pihak ‘Aisyiyah sedang mengidentifikasi potensi-potensi dan kebutuhan-kebutuhan komunitas untuk melakukan pemberdayaan ekonomi. Sebenarnya, ini merupakan langkah lanjutan karena ketika pendampingan psikososial, ‘Aisyiyah sudah meminta kader-kader menjalin komunikasi ke desa-desa. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah-masalah ekonomi yang kelak akan menjadi penopang bagi kehidupan mereka.
Setelah semua kegiatan yang berkaitan penanganan pascabencana selesai, maka selanjutnya ‘Aisyiyah fokus pada pendidikan tentang kesehatan reproduksi, sanitasi dan sampah. ‘’Setelah kita evaluasi ternyata semua itu menjadi masalah besar di sana,’’ terangnya.
Menyinggung penanganan untuk lansia, kata Tri ‘Aisyiyah masih akan menjadikan sebagai isu jangka panjang, mengingat dari sisi demografi sudah menunjukkan peningkatan jumlah lansia. PP ‘Aisyiyah sendiri sebenarnya sudah memiliki semacam Lansia Care. Lansia Care tidak cuma diisi kegiatan-kegiatan berkumpul tetapi juga siraman rohani, agenda-agenda kesehatan dan bahkan didorong bisa berdaya secara ekonomi.