Ahad 29 Sep 2019 17:14 WIB

Kerusuhan Papua, Persis Imbau Umat Islam Waspada Provokasi

Ada provokasi bertujuan mendorong pada separatisme dan disintegrasi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ratna Puspita
Warga memadati Bandara Wamena, Jayawijaya, Papua, Jumat (27/9/2019).
Foto: ANTARA FOTO/Iwan Adisaputra
Warga memadati Bandara Wamena, Jayawijaya, Papua, Jumat (27/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis), Ustaz Jeje Zaenudin mengimbau kepada semua pihak, khususnya umat Islam, yang tinggal di Wamena agar selalu wasapada terhadap upaya provokosi. Upaya tersebut ditujukan untuk memecah persatuan antarelemen bangsa. 

"Kami mengimbau warga jamiyah dan semua pihak untuk waspada dari segala upaya provokasi yang bertujuan menciptakan situasi yang mendorong pada separatisme dan disintegrasi bangsa," ujar Ustaz Jeje saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (29/9). 

Baca Juga

Sebab, kerusuhan di Wamena yang terjadi pada 23 September 2019 lalu itu telah menyebabkan puluhan orang meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka. Selain itu, ribuan orang juga terpaksa mengungsi akibat adanya kerusuhan tersebut.

Para pengungsi di Papua itu tentunya membutuhkan uluran tangan dari semua pihak untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Karena itu, Ustaz Jeje juga mengajak kepada umat Islam untuk meringankan beban mereka. 

"Mengajak warga jamiyah untuk ikut membantu meringankan beban kesulitan saudara kita di Wamena secara moril maupun material dengan cara apapun yang dibenarkan aturan dan hukum yang berlaku," ucap Ustaz Jeje. 

Menurut dia, Pimpinan Pusat Persis sangat prihatin dan berduka cita atas meninggalnya 32 korban kerusuhan brutal yang terjadi di Wamena itu. Menurut dia, Persis juga mengecam keras para perusuh dalam peristiwa tersebut. 

"Kami mengecam keras para perusuh yang dengan keji menyerang dan membantai orang-orang tidak berdosa," kata Ustaz Jeje. 

Di samping itu, Ustaz Jeje juga meminta kepada aparat pemerintah agar melakukan upaya maksimal dalam melindungi masyarakat di sana, terutama para pendatang dari tindakan brutal yang berlatar belakang SARA, sehingga korban harta benda dan nyawa tidak bertambah lagi.

"Jika upaya antisipatif tidak dilakukan dengan maksimal dan optimal oleh pemerintah, maka potensi kerusuhan bisa semakin meluas dan makin sulit dikendalikan," jelasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement