Jumat 27 Sep 2019 10:30 WIB

Panglima: Upaya Gagalkan Pelantikan Presiden akan Hadapi TNI

Panglima TNI menyoroti tindakan anarkis dan inkonstitusional.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Nur Aini
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kanan) diikuti Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Siwi Sukma Adji (tengah) bersiap memberikan keterangan pers di Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (26/9/2019).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kanan) diikuti Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Siwi Sukma Adji (tengah) bersiap memberikan keterangan pers di Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (26/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, mengatakan, pihak-pihak yang hendak menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih akan berhadapan dengan TNI. Hal itu termasuk pihak yang melakukan tindakan anarkis dan inkonstitusional.

"Siapa pun yang melakukan tindakan anarkis, inkonstitusional, cara-cara yang kurang baik, termasuk ingin menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presdien terpilih pemilu akan berhadapan dengan TNI," kata Hadi dengan nada suara tinggi di Halim, Jakarta Timur, Jumat (27/9).

Baca Juga

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Poliitk, Hukum, dan Keamanan, Wiranto, mengatakan, penunggang demonstrasi mahasiswa dan pelajar bertujuan menggagalkan pelantikan DPR dan Presiden serta Wakil Presiden. Wiranto meyakini, yang bertindak brutal pada demonstrasi itu adalah perusuh, bukan mahasiswa atau pelajar.

"Tujuan akhirnya adalah menggagalkan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih," ujar Wiranto di kantornya, Kamis (26/9).

Ia mengatakan, demonstrasi mahasiswa dan pelajar sebenarnya sudah dilakukan dengan cara yang baik dan beretika. Tapi, kemudian demonstrasi tersebut dirusak dengan perlakuan yang brutal. Hal yang menurutnya bukan lagi dapat disebut sebagai demonstrasi.

"Saya kira bukan demonstrasi karena dilakukan oleh para perusuh. Melawan petugas, melempar batu, meluncurkan kembang api, panah-panah api kepada petugas, bergerak di malam hari, dan berusaha untuk menimbulkan korban," katanya.

Tujuan mengoreksi kebijakan pemerintah maupun anggota legislatif yang dimiliki oleh para mahasiswa, kata Wiranto, sudah berubah ketika malam hari. Tujuan yang muncul, yakni adalah untuk menduduki gedung DPR dan MPR. Itu ia duga dilakukan untuk mengggalkan pelantikan anggota DPR dan presiden serta wakil presiden terpilih.

"Kita sangat menyesalkan demonstrasi yang konstruktif, yang bernuansa koreksi, yang elegan itu kemudian diambil alih oleh demonstrasi yang tidak lagi mengarah kepada apa yang telah dijawab oleh pemerintah dan DPR," tutur Wiranto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement