REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah meminta intelijen bergerak cepat menganalisis kejadian yang terjadi bahwa demonstran yang terlibat bentrok dengan personel kepolisian pada Selasa malam (25/9) sudah bukan berasal dari mahasiswa.
"Intelijen harus menganalisa, saya masih kaget, ini serangan terlalu mendadak dum dum dum dum, dan meledak, kaget saya, pasti ada sesuatu yang tidak kita baca secara baik sebelumnya," kata dia di Gedung DPR, Jakarta.
Dia percaya bahwa kerusuhan bukan lagi berasal dari mahasiswa, karena pola mahasiswa itu biasanya datang dengan motif dialog dan atas suatu yang konstruktif. Sementara, kejadian yang terjadi Selasa malam bentuknya berupa tindakan anarkis seperti pembakaran bus dan pos polisi, selain itu demonstran juga membakar gerbang tol.
"Kalau pericuh sudah bukan mahasiswa dan sudah malam ini, tindakannya secara disiplin dan serius," katanya.
Gabungan mahasiswa menggelar aksi demonstrasi sejak siang Selasa, mereka menyampaikan tuntutan soal penolakan RUU KUHP, UU KPK, dan RUU menyangkut agraria. Ribuan mahasiswa berasal dari berbagai universitas antara lain Universitas Negeri Jakarta, Trisakti, Paramadina dan Universitas Kristen Indonesia, Universitas Lampung, perwakilan UGM, Cipayung plus, HMI, dan GMNI.
Selain itu, mahasiswa juga berasal dari Aliansi Mahasiswa Banten yakni dari Universitas Banten Jaya, Universitas Tirta, Bina Bangsa, dan beberapa perguruan tinggi lainnya di Banten. Pada Selasa sore bentrok mulai pecah, dan berlanjut sampai malam harinya, kepolisian memukul mundur demonstran ke arah GBK dan Slipi.