Senin 23 Sep 2019 18:34 WIB

Jokowi Minta Masyarakat tak Gampang Percaya Medsos

Imbauan Jokowi itu terkait kerusuhan di Wamena, Papua.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Andi Nur Aminah
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar rapat terbatas membahas mengenai perkembangan situasi di Papua. Ratas digelar di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (30/8).
Foto: Republika/Dessy Suciati Saputri
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar rapat terbatas membahas mengenai perkembangan situasi di Papua. Ratas digelar di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (30/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan tanggapannya terkait kerusuhan yang terjadi di Kota Wamena, Papua. Kerusuhan tersebut sebelumnya dipicu adanya dugaan ujaran rasial seorang guru kepada salah seorang muridnya.

Dalam pernyataan resminya, Presiden menyampaikan isu adanya ujaran rasial tersebut merupakan isu hoaks atau bohong yang ditelan mentah-mentah oleh masyarakat. Karena itu, Jokowi meminta masyarakat agar tak mudah mempercayai kabar berita yang tersebar melalui media sosial.

Baca Juga

"Dan ya, isu anarkis ini dimulai dan berkembang karena adanya berita hoaks. Oleh sebab itu saya meminta agar masyarakat setiap mendengar, setiap melihat di medsos dikroscek dulu," ujar Jokowi saat menggelar konferensi pers di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (23/9).

Ia mengingatkan pentingnya mengecek kebenaran informasi yang diterima masyarakat melalui media sosial. Sebab, informasi hoaks yang beredar di masyarakat akan sangat mengganggu stabilitas keamanan dan politik di setiap wilayah.

"Dan sekali lagi jangan sampai fasilitas umum itu dirusak. Karena itu adalah milik kita semua. Jangan sampai ada kerusakan-kerusakan yang diakibatkan dari anarkisme," tambah dia.

Untuk menangani kerusuhan yang terjadi di Wamena, Presiden juga telah memanggil sejumlah menteri terkait. Di antaranya yakni Menkopolhukam Wiranto, Panglima TNI Hadi Tjahjanto, Kapolri Tito Karnavian, dan Kepala BIN Budi Gunawan.

Seperti diketahui, kerusuhan kembali terjadi di Papua. Massa aksi demonstrasi bahkan melakukan pembakaran di sejumlah gedung di Kota Wamena, termasuk kantor Bupati Jayawijaya, rumah warga, dan juga supermarket.

Selain itu, massa juga terlibat bentrok dengan aparat kepolisian dan TNI. Aksi unjuk rasa itu dipicu dugaan ujaran rasial oleh guru terhadap siswanya. Namun, menurut kepolisian, kabar dugaan ujaran rasial itu tidak benar.

Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko sebelumnya juga membantah kerusuhan terjadi karena dipicu adanya dugaan rasisme dari seorang guru. Isu tersebut, kata dia, tak benar. "Pemicunya ada isu, ada seorang guru yang melakukan rasis, padahal itu enggak. Kapolri tadi mengatakan tidak ada itu, sudah dicek ke sekolah tidak ada yang seperti itu," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement