REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kabupaten Asmat meyakini tak ada unsur sabotase ataupun kesengajaan dalam musibah kebakaran yang melanda Kota Agats di Provinsi Papua, Selasa (17/9). Bupati Asmat Elisa Kambu saat dihubungi mengatakan, penyelidikan sementara penyebab kebakaran adalah karena kelalain sebagian warga.
Puluhan korban kebakaran, masih mengungsi lantaran kehilangan tempat tinggal dan usaha karena kebakaran itu.
“Saya jamin tidak ada sabotase di sana. Polisi masih menyelidiki itu karena korsleting listrik, atau kompor, atau juga lilin,” kata Elisa saat dihubungi Republika dari Jakarta, Ahad (22/9).
Ia mengatakan, pemerintahannya pun memastikan tak ada aset atau gedung milik pemerintah yang menjadi korban kebakaran. Hanya ada satu bangunan berupa navigasi kelautan yang terbakar sebagian.
Elisa pun mengatakan, angka pengungsian akibat kebakaran itu, sudah berkurang. Semula kata dia, para korban kebakaran ada sebanyak 225 Kepala Keluarga (KK). Jumlah tersebut, dalam data terakhir, kata dia berjumlah sekitar 900 jiwa yang kehilangan tempat tinggal dan usaha dan terpaksa mengungsi.
Akan tetapi, sampai Ahad (22/9) siang, jumlah pengungsian sudah berkurang menjadi sekitar 70-an keluarga.
Dinas Sosial Pemkab Asmat, kata Elisa menyediakan dua tempat yang dijadikan lokasi tinggal sementara para pengungsi. “Ada satu di aula, dan ada satu di masjid. Pemerintah juga menyediakan dapur umum untuk mereka tinggal sementara di sana,” sambung dia.
Adapun sebagian keluarga lain yang menjadi korban, kata Elisa memilih untuk menetap sementara di rumah sanak keluarga. Ditanya sampai kapan para pengungsi dan korban akan kembali ke Kota Agats, Elisa menerangkan pemerintah belum dapat memastikan.
Pada Senin (23/9) ia akan memimpin rapat penanganan lanjutan korban kebakaran itu. Dinas sosial dan pencatatan sudah melakukan pendataan terkait para korban kebakaran. Dari data tersebut, Elisa menjelaskan ada tiga kategori korban. Pertama, yakni korban yang merupakan pemilik rumah dan bangunan, atau para pelaku usaha yang menyewa gedung atau ruko usaha. Kategori terakhir, yakni para penduduk musiman yang meninggali bangunan tinggal kontrakan atau kos-kosan.
Dari ketiga kategori korban tersebut, pemerintahannya kata dia hanya akan memberikan bantuan kepada para korban pemilik rumah dan bangunan yang terbakar habis. Tetapi, ia belum memutuskan bentuk bantuan tersebut dalam bentuk santunan uang, atau yang lain seperti pendirian bangunan baru, ataupun permodalan baru. “Mungkin dalam pekan-pekan ini, akan kami putuskan apa yang nanti bisa kita kasih bantuan,” ujar Elisa menambahkan.
Musibah kebakaran melanda Kota Agats pada Selasa (19/9) dini hari waktu setempat. Pemberitaan lokal menyebutkan, sekitar 1.048 jiwa terpaksa mengungsi akibat kebakaran tersebut. Kebakaran itu membuat sekitar 227 unit bangunan luluh dimakan api. Sebanyak 397 kepala keluarga mengalami dampak langsung dari kebakaran yang menyebabkan harta benda dan rumah tinggal, serta modal usaha yang ludes.
Kepolisian Asmat, sementara ini pun belum menyimpulkan penyebab pasti musibah kebakaran itu. Namun dugaan sementara mengatakan kebakaran disebabkan karena korsleting arus pendek dari salah satu unit bangunan.