Rabu 18 Sep 2019 19:42 WIB

Anak-Anak Riau Jatuh Sakit Kala Asap tak Separah Pemberitaan

Menko Polhukam Wiranto menyebut asap karhutla di Riau tak separah yang diberitakan.

Seorang balita bernama Zikra terpaksa menggunakan alat bantu oksigen karena menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan sesak nafas saat mengungsi di posko kesehatan warga terdampak kabut asap di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus Kemensos di Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (18/9/2019).
Foto: Antara/FB Anggoro
Seorang balita bernama Zikra terpaksa menggunakan alat bantu oksigen karena menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan sesak nafas saat mengungsi di posko kesehatan warga terdampak kabut asap di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus Kemensos di Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (18/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ronggo Astungkoro, Mimi Kartika

Anak-anak yang jatuh sakit akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, selama sebulan terakhir semakin banyak. Berdasarkan pantuan Antara di posko kesehatan korban kabut asap di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Kementerian Sosial di Pekanbaru, Rabu (18/9), dalam hari ini ada dua korban dari balita dan bayi yang sakit cukup parah akibat terpapar asap.

Salah satu korban bernama Zikra, balita berumur dua tahun lima bulan, yang datang dalam kondisi sesak nafas. Sejak pagi hingga sore hari, anak dari pasangan Roni Kurniawan dan Marvel itu harus menghirup oksigen dari tabung menggunakan selang yang dimasukan ke hidungnya.

“Sudah dua hari ini sesak napasnya,” kata Marvel (27), ibu korban, warga Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir, Pekanbaru.

Marvel mengatakan, anaknya kerap bermain di luar saat dititipkan ke rumah neneknya, sedangkan kedua orangtuanya bekerja. Kemarin, Zikra sempat dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) di Puskesmas setempat akibat sesak napas, dan mendapat penanganan nebulizer.

Pada pagi ini, anaknya sesak napas lagi dan Ketua RT menyarankan Zikra dibawa ke BRSAMPK karena dinilai fasilitasnya cukup lengkap. Marvel memutuskan untuk mengungsi ke posko kesehatan itu bersama Zikra dan anak pertamanya yang bernama Felni, yang berusia 7 tahun.

“Biarlah saya mengungsi di sini, saya tinggalkan dulu kerja saya di rumah makan. Biarlah saya kehilangan pekerjaan, saya pilih anak saya,” kata Marvel sambil membelai anaknya.

Kepala BRSAMPK Pekanbaru, Sutiono, mengatakan posko kesehatan tersebut mulai dibuka pada 15 September lalu. Dan hingga kini sudah puluhan warga mendapat pengobatan gratis dan beberapa ada yang mengungsi akibat kabut asap.

“Warga ada yang mengungsi ke sini, biasanya menginap pada malam hari karena asap pekat waktu malam. Pagi mereka bekerja,” katanya.

Sutiono mengatakan, selain balita bernama Zikra, ada satu bayi berusia lima bulan yang akhirnya dirujuk ke rumah sakit umum pemerintah karena mengalami sesak nafas. Diduga bayi tersebut juga sakit akibat terpapar kabut asap karhutla.

“Ada satu bayi sudah kami rujuk ke RS Petala Bumi pagi tadi,” kata Sutiono.

Ia menjelaskan, posko tersebut menyediakan fasilitas tempat tidur lipat, kasur, mainan untuk anak-anak dan dua tenaga dokter. Di sana juga disediakan obat, vitamin dan tabung oksigen yang bisa didapatkan dengan gratis.

“Warga yang menginap di sini juga dapat makanan gratis,” katanya.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, sedikitnya 144.219 warga menderita ISPA akibat kabut asap Karhutla di Kalimantan dan Sumatra. Khusus untuk di Riau sendiri ada 15.346 penderita dari kurun waktu 1 hingga 15 September 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement