REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengatakan usai mengirim gelombang pertama Satuan Tugas (Satgas) Terpadu Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) gelombang pertama yang direncanakan bertugas 10 hari ke Riau, akan dikirim kembali gelombang berikutnya. Gelombang pertama akan bekerja selama 10 hari.
"Jika nantinya akan diperpanjang, maka akan dikirim tim gelombang berikutnya sesuai kebutuhan ke wilayah lain. Seperti Kalimantan dan Jambi," kata Anies di Jakarta, Selasa (17/9).
Anies yang mengatakan itu dalam pelepasan tim Satgas Karhutla gelombang pertama, menilai dengan begitu harapannya mereka bisa terjaga kesehatannya. "Karena bertugas di sana, meskipun mereka sudah berpengalaman menghirup asap, kalau di sini asapnya dua jam selesai, tapi di sana 24 jam. Ini bukan sesuatu yang sederhana. Jadi penugasan 10 hari dulu, lalu kita akan kirim lagi jika diperlukan," tutur Anies.
Anies meminta para petugas untuk terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Serta mengingatkan mereka untuk menjaga kesehatan agar dapat bekerja secara maksimal.
"Kondisi di sana kita tahu bukan kondisi yang menyenangkan. Paparan asap ada di mana-mana. Karena itu yang datang jaga kesehatan dengan baik, pastikan selalu fit, sehingga saat kembali ke Jakarta tetap sehat dan kondisi di sana teratasi," ucap Anies, menambahkan.
Untuk gelombang pertama, Satgas Karhutla Jakarta berjumlah 65 petugas yang terdiri dari 25 orang Dinas Penaggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Disgulkarmat), 10 orang berasal dari Dinas Kesehatan yang akan membuat dua posko di lokasi, lima orang dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta dan 10 orang dari Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Kemudian terdapat 10 orang yang berasal dari tim relawan Jakarta, serta tim pendukung sebanyak lima orang.
Kebakaran hutan dan lahan di beberapa daerah di Tanah Air, menimbulkan bencana kabut asap. Bukan hanya aktivitas warga terganggu, kesehatan bahkan nyawa menjadi taruhannya.
Seorang bayi berusia empat bulan meninggal dunia diduga akibat terpapar kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Bayi malang ini mengembuskan napas terakhir, Ahad 15 September 2019.
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan juga mengganggu jadwal penerbangan pesawat di beberapa kota di Sumatra dan Kalimantan. Banyak penerbangan ditunda akibat kabut asap.