REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ratusan orang telah menandatangani petisi yang menuntut agar nama BJ Habibie didedikasikan sebagai nama Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Petisi tersebut ditandatangani secara online di laman change.org.
Petisi dengan judul "Mengganti nama Bandara BIJB Kertajati menjadi Bandara BJ Habibie" tersebut diinisiasi oleh akun bernama Ihsan Joe pada 12 September 2019, sehari setelah presiden ketiga RI itu wafat. Petisi tersebut pun ditujukan kepada Presiden RI Joko Widodo dan Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Hingga Senin (16/9) pukul 15.00 WIB , petisi itu telah ditandatangani 658 orang. Mereka yang menandatangani petisi tersebut mengenang pelbagai jasa Habibie di bidang kedirgantaraan dan menyatakan dukungan mereka dengan usulan perubahan nama bandara tersebut.
Salah satu warganet yang menandatangani petisi, Siti Hajar Astari mengungkapkan alasannya mendukung agar nama Habibie patut disematkan pada BIJB.
"Bismillah karena almarhum akan selalu mengingatkan kita kepada keikhlasan, kesetiaan, dan cinta kepada pasangan hidupnya Ainun dan kepada negara yang Beliau cintai," ujarnya.
Warganet lainnya, Ahmad Fauzi, menandatangani petisi karena menilai memang sudah seharusnya Habibie mendapatkan penghormatan tersebut. Ia memandang, Habibie sangat berpengaruh dalam dunia kedirgantaraan.
Menurut Direktur Operasi dan Pengembangan Bisnis PT BIJB, Agus Sugeng Widodo, selama ini bandara berkode BJIB itu belum memiliki nama, kecuali nama desa dan kecamatan lokasinya, yakni Kertajati di Kabupaten Majalengka. Ia menyatakan, pihaknya tak menganggap pemberian nama bandara sebagai masalah mengingat hal itu tidak memengaruhi masalah operasional.
"Tetapi, pamor dan nama Bandara Kertajati akan naik dengan kebesaran nama BJ Habibie," ujar Agus kepada wartawan, Senin (16/9).
Menurut Agus, selama ini baru ada dua nama yang diusulkan untuk menjadi nama bandara tersebut, yakni KH Abdul Halim yang merupakan pahlawan nasional kelahiran Majalengka dan Bagus Rangin yang merupakan tokoh perjuangan yang juga dari Majalengka.
"Untuk nama kan pemerintah daerah yang mengusulkan, melalui DPRD ke Kementerian Perhubungan, baru disahkan," katanya.
BJ Habibie, menurut dia, selalu diidentikkan dengan dunia penerbangan karena merupakan inovator di bidang tersebut. Terlebih, Habibie sempat sekolah di SMAK Dago dan kuliah di Institut Teknologi Bandung.
Agus juga mengatakan, pertemuan pertama dengan Hasri Ainun Besari bahkan pernikahannya pun dilaksanakan di Ibu Kota Jawa Barat tersebut. Bahkan, Habibie sempat menjadi presiden direktur pertama PT Dirgantara Indonesia yang berkantor di Bandung.
"Kalau nama Habibie, memang sudah diidentikkan dengan dunia penerbangan, pakar penerbangan, bukan hanya di Indonesia tapi tingkat dunia," katanya.