Ahad 15 Sep 2019 13:38 WIB

Utang pada Puluhan Rentenir, Warga Tulis Poster Jual Rumah

Gara-gara terlilit utang rentenir, warga Sragen ini terpaksa melego rumahnya.

Rep: Joglosemar/ Red: Joglosemar

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM - Nasib malang menimpa Jumadi (49), warga Dukuh Doyong RT 6, Desa Doyong, Miri, Sragen. Gara-gara terlilit utang rentenir, ia terpaksa melego rumahnya.

Rumah yang ditinggali keluarga dan cucunya itu kini ditawarkan dengan ditempeli tulisan menyentuh: “Rumah Ini Dijual Cepat Karena Terlilit hutang Bank Titil”.

Foto Jumadi dengan tulisan di tembok depan rumahnya itu dengan cepat menyebar via media sosial. Kepada Joglosemarnews.com, pria berprofesi sebagai buruh serabutan itu mengaku memang berniat menjual rumahnya itu sejak dua bulan lalu.

Hal itu terpaksa karena dirinya sudah telanjur terjerumus dalam lilitan utang dari rentenir. Ia mengaku terpaksa harus menjual rumah karena tak bisa lagi mengangsur dan membayar utang yang sudah terlanjur menggunung.

“Utang saya kalau ditotal ada sekitar Rp 50 juta. Yang ke bang titil (rentenir) sekitar Rp 20-an juta. Yang paling berat bank titilnya itu karena ada 15 sampai 20 orang yang saya utangi. Jadi tiap hari didatangi ke rumah minta angsuran. Saya sampai lemes, padahal saya sudah nggak bisa kerja sejak kena stroke tiga bulan lalu,” paparnya, Ahad (15/9).

Jumadi menuturkan jerat rentenir itu bermula ketika dirinya terpuruk sejak didera stroke tiga bulan lalu. Dia tak lagi bisa bekerja, sehingga untuk makan dan kebutuhan keluarga, utang pun menjadi jalan terakhir.

Penghasilan istrinya sebagai buruh serabutan mencuci keliling, tak cukup untuk menghidupi keluarga besarnya. Ia tinggal bersama istri dan dua anaknya yang semuanya sudah beranak istri tapi masih tinggal satu rumah.

“Anak saya dua, cucu tiga. Semua masih tinggal di rumah ini, Mas. Dulu waktu saya masih buruh ya bisa nyukupi kebutuhan. Sejak kena stroke, saya nggak bisa kerja. Mau bantu istri, sudah nggak kuat. Mau jalan saja jatuh-jatuh,” terangnya.

Jumadi menyebut ada 15 sampai 20 rentenir yang sudah ia pinjami. Setiap hari angsurannya per rentenir bervariasi. Ada yang Rp 52.000, Rp 39.000 dan Rp 25.000.

Deritanya makin bertambah lantaran hampir semua tetangga di sekitarnya juga sudah dikenai utang. Ada yang Rp 50.000, Rp 150.000 hingga Rp 200.000 bahkan lebih.

“Saya mau pinjam tetangga sudah nggak berani. Karena semua sudah saya pinjami. Ya semua itu untuk makan keluarga Mas. Makanya ini sudah nggak bisa mikir. Daripada dikejar-kejar utang terus tiap hari, saya terpaksa akan jual rumah saya ini,” urainya.

Jumadi menambahkan sejak dipasangi tulisan dijual itu, memang sudah ada beberapa yang menawar. Namun karena harganya masih dibawah harapan, ia belum memberikan.

“Kemarin ada yang nawar Rp 200 juta. Belum saya kasihkan karena terlalu murah. Itu tanah sekalian bangunan Mas,” jelasnya.

Salah satu warga Miri, Didik (50)  membenarkan memang Jumadi adalah warga Desa Doyong yang menjual rumahnya karena terlilit hutang rentenir.

“Saya juga diminta membantu nawarkan kalau ada yang beli. Ya sudah saya bantu nawarkan. Kasihan kalau melihat kondisi dan keluarganya,” ungkapnya.

The post appeared first on Joglosemar News.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan joglosemarnews.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab joglosemarnews.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement