Ahad 15 Sep 2019 12:58 WIB

Asap Pekat, Sungai Mentaya Kalteng Rawan Kecelakaan

Hal yang perlu diwaspadai adalah aktivitas kapal tradisional yang cukup padat.

Asap pekat tampak di atas Sungai Mentaya, Sampit, Kalteng.
Foto: AP
Asap pekat tampak di atas Sungai Mentaya, Sampit, Kalteng.

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Pekatnya asap kebakaran lahan yang menyelimuti Sungai Mentaya Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, rawan memicu kecelakaan karena jarak pandang yang sangat terbatas.

"Alhamdulillah kapal kami masih bisa lancar karena teknologi navigasi yang memadai. Tapi yang perlu diperhatikan adalah lalu lintas kapal atau perahu tradisional milik masyarakat karena asap dikhawatirkan mengganggu jarak pandang," kata Manajer PT Dharma Lautan Utama Cabang Sampit Hendrik Sugiharto, Ahad (15/9).

Baca Juga

Pada Ahad pagi, asap yang menyapu Kota Sampit sangat pekat, termasuk di kawasan Sungai Mentaya. Lalu lintas sungai lebih sepi dari biasanya karena sebagian motoris memilih menunda beraktivitas karena jarak pandang sangat pendek.

Sekitar pukul 06.30 WIB KM Kirana III dari Surabaya tiba di Pelabuhan Sampit. Kapal masuk ke alur hingga sandar di pelabuhan, berjalan dengan lancar.

Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Haji Asan Sampit, jarak pandang di Sampit pukul 07.00 WIB hanya 500 meter. Pukul 10.00 WIB, jarak pandang kembali menurun menjadi 400 meter akibat asap makin pekat.

Hendrik mengatakan, hampir sebulan ini jarak pandang di sepanjang alur Sungai Mentaya sedikit terganggu asap pekat. Namun, kapal milik PT Dharma Lautan Utama masih bisa beroperasi dengan lancar karena dilengkapi peralatan navigasi yang baik seperti radar, GPS atau global positioning system dan lainnya.

Alat komunikasi radio juga sangat bermanfaat dalam mencegah tabrakan antarkapal barang dan kapal penumpang berukuran besar. Komunikasi tersebut bisa membuat kapal berjalan dan berpapasan dengan kapal lain.

Hal yang perlu diwaspadai adalah aktivitas kapal dan perahu tradisional yang cukup padat di Sungai Mentaya. Motoris hanya mengandalkan pandangan mata atau secara manual sehingga jarak pandang terbatas.

"Kalau kapal kami, masih lancar. Kami hanya berharap sama-sama berhati-hati, khususnya kapal atau perahu tradisional tersebut," kata Hendrik.

Ihad, warga Sampit mengaku tidak berani beraktivitas menggunakan perahu kecilnya saat asap pekat. Kondisi itu sangat rawan karena jarak pandang sangat terbatas.

"Kalau dipaksakan, khawatirnya terjadi tabrakan dengan kelotok lain atau kita yang menabrak lanting karena jarak pandang sangat pendek. Lebih baik menunda sampai jarak pandang aman," kata Ihad.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement