Sabtu 14 Sep 2019 06:21 WIB

Pemerintah Siapkan Strategi Penanganan Kebakaran Hutan

Pemerintah akan menambah personel pemadam hingga membuat hujan buatan.

Red: Nur Aini
Menkopolhukam, Wiranto
Foto: Republika TV/Muhammad Rizki Triyana
Menkopolhukam, Wiranto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI Wiranto mengatakan pemerintah menyiapkan sejumlah antisipasi terkait penanganan Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di sejumlah titik.

"Pertama, penguatan Manggala Agni atau pasukan darat yang memadamkan api," kata dia usai melaksanakan Rakorsus tingkat menteri tentang pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Jakarta, Jumat (13/9).

Baca Juga

Penguatan tersebut dalam bentuk penambahan jumlah personel yang disertai alat pemadam kebakaran. Kemudian, pemerintah juga menyiapkan hujan buatan.

Berdasarkan koordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), diketahui bahwa hujan buatan hanya bisa dilakukan apabila awan tersebut memiliki kadar air minimal 75 persen.

"Jika kadar airnya 75 persen, maka akan kita tabur garam menggunakan pesawat terbang. Kemudian, hujan akan turun," katanya.

Untuk mempermudah penanganan Karhutla, Panglima TNI juga telah menyiapkan dua unit pesawat terbang untuk menabur garam di titik-titik kritis.

"Panglima sudah memberikan pesawat tambahan ke BNPB dan sudah siaga di daerah terdampak," ujar dia.

Terakhir, khusus untuk menangani Karhutla di daerah yang sulit dijangkau serta terbatas akses jalan, pemerintah menyiapkan strategi bom air menggunakan helikopter.

Saat ini pemerintah telah menyiapkan 42 unit helikopter untuk menjatuhkan bom air di titik-titik api yang sulit dijangkau melalui jalur darat. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, terdapat penambahan helikopter.

 

Terkait anggaran, BNPB telah menyiapkan dana siap pakai untuk Karhutla. Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga menyiapkan dana bagi hasil reboisasi yang dapat digunakan untuk tambahan penanggulangan.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat berdasarkan pantauan citra Satelit Himawari-8 dan analisis Geohotspot jumlah titik panas (hotspot) diduga karena kebakaran hutan dan lahan terdeteksi di Sumatra, Kalimantan, hingga Sarawak, Sabah, dan Semenanjung Malaysia.

"Akumulasi jumlah titik panas tanggal 12 September 2019 yang dirilis tanggal 13 September 2019, di wilayah Sumatera terpantau 1.231 titik, di Kalimantan terpantau 1.865 titik, di Semenanjung Malaysia 412 titik, serta di Serawak-Sabah 216 titik panas," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis, Jumat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement