Rabu 11 Sep 2019 21:31 WIB

Cerita Pimpinan KPK yang Terinspirasi Eyang Habibie

Wakil Ketua KPK Saut Situmorang mengaku sangat terinspirasi oleh kecerdasan Habibie.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang saat diwawancarai wartawan di Gedung Merah Putih KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Ahad (8/9).
Foto: Republika/Haura Hafizhah
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang saat diwawancarai wartawan di Gedung Merah Putih KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Ahad (8/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie tutup usia pada usia 83 tahun, Rabu (11/9) petang. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Saut Situmorang turut merasakan duka mendalam atas kepergian Eyang Habibie. Ia pun bercerita kenangannya dengan Eyang Habibie yang sangat menginspirasi.

"Saya ketemu pertama kali dengan pak Habibie tahun 1983. Saat itu saya menjadi mahasiswa teladan Unpad yang bertemu acara para teladan dengan Menristek di kantornya," kata Saut dalam pesan singkatnya, Rabu (11/9).

Saut mengaku sangat terinspirasi oleh sosok Habibie terutama kecerdasan Presiden ke-3 tersebut dalam bidang eksakta. "Waktu itu, beliau menginspirasi saya karena saya belajar fisika yang waktu itu tertarik mau buat analisa numerik dari mendesain pesawat waktu namanya Nurtanio," tutur Saut.

Saut melanjutkan, pada saat Habibie menjadi Presiden, dirinya sedang bertugas di KBRI Singapura. Menurut Saut ada banyak pengalaman yang ia dapatkan bersama Eyang Habibie.

"Waktu beliau jadi Presiden saya di KBRI Singapura yang intinya membuat dinamika hubungan RI dan Singapura ngeri ngeri sedap waktu itu. Namun walau akhirnya kedua negara dapat bertetangga dengan baik bahkan lebih baik. Selamat jalan Prof. Selamat jalan presiden," ujar Saut.

Sebelum tutup usia, Habibie memiliki karier politik yang panjang, menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi bertahun-tahun hingga menjadi presiden.

Namun, karier cemerlang Habibie justru bermula bukan di Indonesia, melainkan Jerman. Pria jenius asal Parepare itu terakhir menjadi Kepala Divisi Metode dan Teknologi Pesawat Komersil/Pesawat Militer Messerschmidt Boelkow Blohm (MBB) Gmbh, Hamburg, Jerman Barat, sebelum kembali ke Indonesia pada 1973.

Ia kembali atas permintaan Presiden ke-2 RI Soeharto. Pada 1978, ia diminta menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) di Kabinet Pembangunan.

Habibie yang dikenal brilian dalam bidang teknologi pun langsung melakukan 'lompatan-lompatan' dalam mengembangkan teknologi Indonesia. Habibie ingin mengimplementasikan Visi Indonesia yang bertujuan membuat Indonesia sebagai negara agraris menjadi negara industri melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Upaya itu bertumpu industri strategis yang dikelola oleh PT IPTN, PINDAD, dan PT PAL. Habibie menjadi Menristek sampai tahun 1998.

Salah satu torehan Habibie yang paling dikenal di bidang teknologi adalah saat ia mengepalai tim pembuatan pesawat terbang Indonesia bernama N250 Gatot Kaca. Pesawat ini menjadi primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya saat diluncurkan pada tahun 1995.

Namun, pesawat ini harus dihentikan produksinya karena krisis ekonomi global yang melanda Indonesia. Saat menjabat sebagai Menristek, pria kelahiran Parepare ini juga terpilih sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang pertama secara aklamasi pada 7 Desember 1990.

Tahun 1998 menjadi tahun yang signifikan dalam karier politik si jenius dari Gorontalo ini. Ia didapuk menjadi Wakil Presiden RI ke-7 menggantikan Try Sutrisno. Pada tahun yang sama pula, Habibie dilantik menjadi Presiden RI ke-3 menggantikan Soeharto yang telah menjabat selama 31 tahun. 

Menjalankan posisi Presiden, Habibie mengeluarkan kebijakan yang cukup out of the box bagi Pemerintahan Indonesia saat itu. Habibie memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik.

Habibie juga membebaskan narapidana politik seperti Sri Bintang Pamungkas, mantan anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden Soeharto; dan Muchtar Pakapahan, pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena dituduh memicu kerusuhan di Medan. Habibie juga mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen.

Habibie menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai Wapres dan selama 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement