REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Kecelakaan maut yang melibatkan puluhan kendaraan di Km 92 Cipularang, Purwakarta, Jawa Barat, Senin (2/9), menyebabkan delapan orang meninggal dunia. Enam korban di antaranya meninggal dunia karena luka bakar. Adapun korban luka berat sebanyak tiga orang dan 25 orang mengalami luka ringan.
Direktur Penegakan Hukum (Dirgakkum) Mabes Polri Brigjen Pol Pujiyono Dulrachman menjelaskan, kecelakaan maut itu terjadi di Km 92 jalur B arah Jakarta. Ada 21 unit kendaraan yang terlibat tabrakan beruntun tersebut. "Korban sudah kita evakuasi semua dan disebar ke empat rumah sakit yang ada di Purwakarta," ujar Pujiyono saat menjenguk korban selamat di RSU MH Thamrin, Senin (2/9).
Pihak kepolisian sudah mengidentifikasi seluruh kendaraan. Begitu pula dengan korban yang selamat. Namun, belum semua korban meninggal dunia berhasil diidentifikasi karena kendaraan maupun korbannya hangus terbakar dalam kejadian tersebut. "Dari 21 kendaraan itu, empat di antaranya hangus terbakar, termasuk penumpang di dalamnya," ujar Pujiyono.
Berdasarkan hasil sementara olah tempat kejadian perkara (TKP), Korlantas Mabes Polri menyatakan bahwa kecelakaan maut itu bermula dari kecelakaan tunggal yang terjadi pada kendaraan dump truck pengangkut tanah sekitar pukul 12.30 WIB. Truk tersebut terguling dan posisinya melintang
Saat truk tersebut sedang dievakuasi, datang lima kendaraan dari arah Bandung menuju Jakarta. Kelima kendaraan itu kemudian berhenti di dekat truk terguling. "Tiba-tiba, dari atas (arah Bandung) datang lagi dump truck pengangkut tanah dengan kecepatan tinggi. Truk itu mengalami rem blong," ujar Pujiyono, Senin.
Di belakang truk kedua itu, datang 15 kendaraan lainnya. Akibatnya, 21 kendaraan itu mengalami kecelakaan beruntun. Bahkan, dalam kejadian itu, empat kendaraan di antaranya hangus terbakar. Dari empat kendaraan yang terbakar, tiga di antaranya berjenis minibus.
Pujiyono mengatakan akan terus melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab pasti dari kejadian ini. Oleh karena itu, setelah melakukan evakuasi terhadap korban maupun bangkai kendaraan, jajarannya langsung melakukan olah TKP. Namun, saat sudah memasuki petang, olah TKP dihentikan dan akan dilanjutkan pada Selasa (3/9).
"Jika dipaksakan untuk olah TKP pada malam hari, khawatir hasilnya tidak akan akurat," ujar dia.
Pujiyono mengatakan, sampai saat ini belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka. Pasalnya, saksi-saksi juga belum ada yang dimintai keterangan. Kepolisian masih berfokus pada penanganan korban yang mengalami luka berat dan luka ringan.
Korban kecelakaan dilarikan ke sejumlah rumah sakit, salah satunya RSU MH Thamrin. Ada enam korban meninggal dunia yang disemayamkan di ruang jenazah RS tersebut. Lima di antaranya dalam kondisi hangus terbakar dan sulit dikenali.
Kepala Security RSU MH Thamrin Yuli Haryadi mengatakan, kondisi lima korban meninggal dunia sangat mengenaskan. Bahkan, petugas kesulitan melakukan identifikasi. Sedangkan, kondisi satu korban lainnya tidak hangus terbakar karena diduga meninggal akibat terjepit kendaraan. "Keenam korban masih disimpan di kantong mayat," ujar Yuli kepada Republika, Senin (2/9).
Sampai saat ini, lanjut Yuli, korban yang meninggal dunia dan kondisinya hangus terbakar tersebut belum bisa diidentifikasi. Oleh karena itu, pihak rumah sakit juga belum mendapatkan identitas korban.
Proses evakuasi korban dan seluruh kendaraan yang terlibat kecelakaan membutuhkan waktu sekitar 3,5 jam. Proses evakuasi melibatkan banyak pihak, mulai dari kepolisian, Dinas Perhubungan, pengelola jalan tol, hingga Kantor Pencarian dan Pertolongan (KPP) Bandung.
KKP Bandung berhasil membantu proses evakuasi korban yang berada dalam kondisi terjepit di kendaraan. Humas KKP Bandung Seni Wulandari mengatakan, tim KKP tiba di lokasi pukul 15.15 WIB dengan tersisa satu korban terjepit yang harus dievakuasi. Korban berada di dalam mobil pribadi yang tertimpa truk.
"Tim menggunakan alat ekstrikasi untuk memudahkan evakuasi korban yang sudah meninggal dunia. Pada pukul 15.41 WIB, korban berhasil dievakuasi oleh tim dan selanjutnya dibawa ke RS Siloam," katanya.
Korban selamat
Dari puluhan kendaraan yang terlibat kecelakaan, ada satu keluarga yang menumpangi Toyota Fortuner bernomor polisi A 1535 JJ selamat dari kecelakaan. Suherman (33 tahun), sopir Fortuner, mengatakan, dirinya membawa empat penumpang di kendaraannya.
Rombongan asal Kawidangan, Cikupa, Banten, itu baru kembali dari Manonjaya, Tasikmalaya. Mereka terlibat kecelakaan karena kendaraannya sedang melaju kencang. "Di depan mobil saya ada bus Alina yang mengerem mendadak, padahal saat itu saya sedang memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi," ujar Suherman kepada Republika di RSU MH Thamrin Purwakarta.
Untuk menghindari tabrakan, Suherman langsung mengerem kendaraannya. Nahas, kendaraannya ditabrak kendaraan lain dari belakang. Saking kerasnya benturan, Fortuner ini langsung menyeberang ke jalur A (jalur berlawanan). Kemudian, kendaraan ini menabrak pembatas dan masuk ke jurang.
"Alhamdulillah, saya bersama empat anggota keluarga semuanya selamat. Beruntung, saat mobil saya nyelonong ke jalur berlawanan, tidak ada kendaraan lain sehingga kecelakaan yang dialami saya dan keluarga tak terlalu parah," ujarnya yang mengalami luka ringan ini.
Investigasi
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan melakukan kajian agar kecelakaan di Tol Cipularang tidak terulang. Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengatakan, Kemenhub menurunkan Direktur Angkutan Jalan Ahmad Yani dan tim menuju lokasi kecelakaan.
“Tim ini untuk mengecek kejadiannya seperti apa dan nanti akan dilakukan semacam kajian untuk tidak terulang lagi kejadian itu,” kata Budi di gedung Kemenhub, Senin.
Budi mengatakan, Kemenhub ingin ingin mengetahui faktor dan penyebab terjadinya kecelakaan. Apalagi, dalam kecelakaan tersebut juga terjadi kebakaran yang melibatkan beberapa kendaraan. “Ini termasuk kecelakaan yang menonjol,” ujar Budi.
Selain Kemenhub, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga langsung menerjunkan tim untuk melakukan investigasi atas terjadinya kecelakaan. Budi mengaku belum mendapatkan detail rekomendasi dari KNKT.
Kendati demikian, Budi menyebut lokasi kecelakaan memiliki konstruksi yang tidak biasa. “Jalan itu memang kan agak ada tikungan dan kemudian turunan. Jadi, kalau dari Bandung pasti kecenderungannya adalah kecepatan tinggi,” kata Budi.
Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat Hery Antasari mengatakan, kecelakaan bukan karena kontur jalan yang menurun tajam. Sebab, kecelakaan terjadi di Km 92 atau sebelum jalan menurun. “Turunan mulai Km 97, ini malah sebelum turunan tajam. Tapi, itu urusannya polisi nanti. Kita hanya akan cek masalah kelaikan kendaraan, terutama untuk dump truck,” katanya.