REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi memastikan adanya satu aparat personel TNI yang tewas dalam sebuah aksi unjuk rasa di Deiyai, Papua pada Rabu (28/8). Peristiwa itu terjadi saat sebanyak 150 warga menggelar aksi di depan Kantor Bupati Deiyai.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo menuturkan, pada aksi itu, massa meminta bupati menghadiri pembacaan referendum. Namun, ajakan itu tidak dihiraukan bupati.
"Akhirnya terjadi ricuh. Lalu satu anggota TNI meninggal dunia dan lima anggota Polri luka akibat panah,” kata Dedi Prasetyo di Ancol, Jakarta Utara, Rabu (28/8).
Dedi menuding aksi itu disusupi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Anggota TNI Polri sampai saat ini terus melakukan pengamanan dan berusaha mengondusifkan situasi.
“Kami juga mengajak tokoh masyarakat untuk memadamkan situasi agar masyarakat tidak semakin terprovokasi,” ucapnya.
Pada saat yang bersamaan, beredar pula kabar adanya enam warga sipil yang turut menjadi korban dalam ricuh tersebut. Namun, Dedi menyebut belum bisa memastikan kabar itu. .
“Informasi enam orang dari sipil masih belum dapat dipastikan, masih didalami Polda Papua,” kata Dedi menambahkan.
Dalam beberapa waktu terakhir, aksi demonstrasi terjadi di berbagai Kota di Papua. Aparat TNI dan Polri diturunkan di tanah Papua. Hingga saat ini, akses internet di Papua juga diblokir.
Aksi unjuk rasa sendiri dipicu lantaran tindakan rasisme yamg terjadi di Surabaya dan beberapa kota di Pulau Jawa. Pelaku rasisme masih belum diumumkan oleh polisi.