Jumat 16 Aug 2019 20:00 WIB

Debit Air Katulampa Menurun, Kekeringan Ancam Bogor-Jakarta

Debit airnya mengalami penurunan cukup drastis.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Israr Itah
Bendungan Katulampa (ilustrasi)
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Bendungan Katulampa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Debit air di Bendungan Katulampa yang menjadi pengontrol air di Sungai Ciliwung dan Kalibaru terus mengalami penurunan. Memasuki Agustus, jumlah air yang dapat dialirkan hanya mencapai 1.600 liter per detik.

"Debit airnya mengalami penurunan cukup drastis sekali. Dari normalnya 20 ribu, berkurang sampai 5.000 per detik. Ini menurun terus sampai titik yang menghawatirkan, yakni 1.600 liter per detik," ujar Koordinator SUP Ciliwung Bendungan Katulampa, Andi Sudirman saat berbincang dengan Republika.co.id di Bogor, Jumat (16/8).

Baca Juga

Dari 1.600 liter per detik itu, kata Andi, dialirkan ke dua sungai, yakni Kali Baru dan Ciliwung. Kali Baru mendapat aliran sebanyak 1.500 liter per detik, sementara Ciliwung 100 liter per detik. Dia menerangkan, Kali Baru dipergunakan untuk sejumlah kebutuhan masyarakat termasuk air untuk kebutuhan Istana Bogor. Karena itu, jumlah yang dialirkan lebih besar daripada ke sungai Ciliwung. 

"Debit 1.500 per detik dibutuhkan untuk Kebun Raya Bogor dan Istana Presiden, lalu untuk irigasi 333 hektare lahan, industri dan masyarakat," katanya. 

Sementara, 100 liter per detik yang digelontorkan ke Ciliwung, dipergunakan untuk menyelamatkan ekosistem sungai Ciliwung. Selain itu, dia mengatakan, pengaliran tersebut juga dipergunakan sebagai air baku untuk kegunaan PDAM Kabupaten Bogor dan Kota Depok. 

Jika debit air terus mengalami penurunan, sejumlah wilayah di Jabodetabek akan terdampak kekeringan. Dia menyebut, kekeringan akan melanda Bogor hingga DKI Jakarta yang mengandalkan pasokan air dari Katulampa. 

Menurutnya, penurunan debit yang terjadi saat ini mendekati kekhawatiran. Dia menceritakan, krisis terparah pernah terjadi pada 1997. Waktu itu, jumlah debit yang dimiliki oleh Bendungan Katulampa berada di bawah 1.400 liter per detik. 

"Itu krisis terparah untuk debit yang dialirkan," tuturnya.

Tahun ini, dia menyebut kemarau terjadi cukup panjang dan tanpa ada air hujan. Jika perubahan musim terjadi pada September, dia memperkirakan, kawasan yang mengandalkan digelontori air dari Bendungan Katulampa akan mengalami krisis air. 

"Semisal awal Oktober dan akhir November belum ada hujan kemungkinan bisa jadi krisis air di Ciliwung," tuturnya. 

Namun, berdasrkan pantauan sekitar pukul 17.20 hujan turun sehingga jumlah total debit air mengalami kenaikan hampir 5.000 liter per detik. Petugas Bendungan Katulampa, Achmad Aliyuddin menjelaskan 5.000 liter per detik merupakan jumlah akumulasi dari air yang diapat ditampung dan digelontorkan ke Kali Baru dan Ciliwung. 

Pria yang akrab disapa Ali itu menerangkan, Tinggi Muka Air (TMA) yang menuju ke Sungai Ciliwung hanya 0 sentimeter (cm). Sehingga, Sungai Ciliwung membutuhkan pengelotoraan sebesar 100 liter per detik.  Namun, saat ini, TMA yang menuju ke Ciliwung sudah mencapai 10 cm. Sehingga tidak perlu lagi membutuhkan pengelotoran karena air telah meluber. 

Sedangkan, TMA di Kali Baru yang awalnya hanya 24 cm kini menjadi 40 cm dengan debit air sebesar 3.460 liter per detik. Saat musim hujan dengan TMA yang tinggi, Ali menjelaskan, Sungai Ciliwung akan terlimpas. Sehingga tidak membutuhkan lagi penggelontoran air. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement