REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sarjono Kartosuwiryo, anak dari Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo yang merupakan tokoh utama Gerakan DI/TII, membaca ikrar setia terhadap Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Gerakan DI/TII diketahui ingin mendirikan Negara Islam Indonesia (NII).
Pembacaan ikrar berlangsung khidmat disaksikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (13/8). Sarjono memimpin pembacaan ikrar dengan diikuti sejumlah eks-Harokah Islam Indonesia, eks-DI/TII, dan eks Negara Islam Indonesia (NII) yang hadir pada kesempatan itu.
Mereka di antaranya Aceng Mi'raj Mujahidin Sibaweh, yakni putra imam DI/TII terakhir, H Yudi Muhammad Aulia (cucu pendiri KH Yusuf Taujiri dan Prof Anwar Musaddad, pendiri DI/TII). Kemudian, KH Dadang Fathurrahman, cucu dari Syaikhona Baddruzzaman yang merupakan guru Kartosuwiryo, Imam Sibaweh, Prof Mussadad, dan KH Yusuf Taujiri.
Setelah pembacaan ikrar, para eks-simpatisan Harokah Islam Indonesia, DI/TII, dan NII itu menandatangani ikrar, serta mencium Sang Saka Merah Putih. Wiranto menyampaikan rasa haru sekaligus rasa bangganya terhadap para eks-Harokah Islam Indonesia, DI/TII, dan NII, yang sadar bahwa persatuan dan kesatuan bangsa sangatlah penting.
"Untuk itulah teman-teman telah berikrar, menandatangani ikrar, dan mencium bendera merah putih sebagai simbol bahwa mereka sadar satu-satunya ideologi di NKRI adalah Pancasila," katanya.
Sebanyak 14 orang Keluarga Besar Harokah Islam Indonesia, mantan anggota Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) dan mantan anggota Negara Islam Indonesia (NII) mengikuti pembacaan ikrar setia tersebut. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Wiranto juga menyampaikan apresiasi dari Presiden RI Joko Widodo atas kesadaran, keikhlasan, dan kesediaan para eks-Harokah Islam Indonesia, DI/TII, dan NII untuk berikrar setia kepada Pancasila dan NKRI. Hanya dengan persatuan dan kesatuan, kata Wiranto, bangsa Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara lain.
Sarjono Kartosuwiryo mengatakan perpecahan dan permusuhan hanya akan mengakibatkan kerugian. Apalagi jika sampai terjadi pertumpahan darah maka akan banyak anak yatim karena ditinggal mati orang tuanya.
Karena itu, ia mengajak seluruh eks-Harokah Islam Indonesia, DI/TII, dan NII untuk kembali memperkokoh NKRI. "Saya menerima akibat yang buruk dari perpecahan. Sekarang, orang-orang yang mengadakan perlawanan, apa pun bentuknya, akibatnya kan kepada anak dan keluarganya," katanya lagi.