REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terdeteksi di Sumatera dan Kalimantan. Kendati demikian, tak ada transboundary haze atau asap yang melintas ke negeri tetangga Malaysia maupun Singapura.
"Tidak (menyebar ke negeri tetangga, Red). Lokal di kita saja. Ini tidak ada asap ke negeri jiran," ujar Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo dalam kepada Republika.co.id, Ahad.
Hasil pantauan Ahad (11/8) per pukul 10.00 WIB hotspot atau titik panas di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara dalam kategori sedang dan tinggi. Arah angin di Sumatra dan Kalimantan pada umumnya dari Tenggara-Selatan ke Utara.
Sementara, arah sebaran asap di Riau dan Kalimantan Tengah menyebar ke arah Barat Laut. Agus menuturkan, kondisi cuaca di Pekanbaru berjarak pandang lima kilometer (km) dan berasap, kemudian Jambi berjarak pandang sembilan km dan berawan.
Selain itu, Palembang memiliki jarak pandang sekitar 10 km dan berawan, Pontianak lima km dan berasap, Pangkalan Bun sembilan km dan berawan serta Palangkaraya lima km dan berasap. Sedangkan Sanggu-Buntok berjarak pandang empat km dan berasap, Banjarmasin sekitar 10 km dan berawan, serta Tanjung Harapan-Tanjung Selor lima km dan berasap.
Agus juga menyebutkan berdasarkan nilai PM10 atau partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron (mikrometer) menunjukkan kualitas Pekanbaru tak sehat dengan nilai 166. Apalagi kualitas udara sangat tidak sehat di Palangkaraya dan Pontianak dengan nilai PM10 217 dan 253. Sedangkan kualitas udara di Sampit sehat dengan nilai 26.
Agus mengatakan, sejak Ahad pagi sebanyak 9.072 personel dari TNI, Polri, BNPB, BPBD, dan masyarakat di enam provinsi saling bahu-membahu memadamkan api. Pemadaman dilakukan dari darat dan udara dengan menggunakan water bombing.