REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Megawati Soekarnoputri kembali terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dalam kongres ke-5 partai tersebut yang digelar di Bali. Pengamat politik Suko Widodo menilai, Mega masih menjadi magnet bagi kader PDIP.
Suko menilai, posisi Presiden Republik Indonesia kelima itu, memang masih dibutuhkan di internal partai. Menurutnya, tokoh lainnya yang ada di PDIP juga belum rela jika posisi Mega tergantikan.
"Terpilihnya Megawati sebagai ketua partai itu bukan soal pantas atau tidak pantasnya, ini lebih ke soal rela atau tidaknya di badan partai," ujarnya kepada Republika.co.id, Sabtu (10/8).
Suko menegaskan, saat ini putri dari Presiden Soekarno tersebut masih menjadi magnet ideologi bagi partai bermoncong putih tersebut. Menurutnya, karakteristik mayoritas partai di Indonesia saat ini masih cenderung bersifat dinasti, di mana kultur pemimpin masih berdasar turunan.
"Iya di Indonesia memang saat ini masih bergantung kepada salah satu tokoh, dan bukan kepada ideology yang menjadi intinya," katanya.
Suko memaparkan, kecenderungan partai yang dinilai kurang dinamis tersebut dikhawatirkan akan mengalami kesulitan jika tidak segera berubah. "Dalam artian, yang sebenarnya harus ada regenerasi di internal partai tersebut," ucapnya.
Seperti diketahui, PDIP merupakan partai yang lahir kembali pada 1999, dari partai sebelumnya PDI yang didirikan pada 10 Januari 1973. Dalam prosesnya, Megawati mulai menjabat Sebagai ketua umum PDI-P sejak 1999 hingga 2024 mendatang.