Ahad 04 Aug 2019 06:48 WIB

Khofifah Dorong Jawa Timur Swasembada Bawang Putih

Khofifah menyebut, per tahun Jawa Timur membutuhkan 56.580 ton bawang putih

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Hasanul Rizqa
(Ilustrasi) Pedagang memilah bawang putih yang dijual di Pasar Keputran, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (14/6/2019). Kebutuhan Provinsi Jawa Timur akan bawang putih hingga kini masih bergantung pada impor.
Foto: Antara/Zabur Karuru
(Ilustrasi) Pedagang memilah bawang putih yang dijual di Pasar Keputran, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (14/6/2019). Kebutuhan Provinsi Jawa Timur akan bawang putih hingga kini masih bergantung pada impor.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur bersama Pusat Inkubasi Bisnis Syariah Majelis Ulama Indonesia (Pinbas MUI) Jawa Timur, mulai gencar menggalakkan penanaman bawang putih. Hal ini dilakukan untuk mengupayakan provinsi tersebut sebagai daerah swasembada bawang putih.

Di sisi lain, kualitas bawang putih produksi lokal juga perlu ditingkatkan. Bagaimanapun, Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengaku optimistis, strategi ini akan mampu menginisiasi swasembada bawang putih di wilayah yang dipimpinnya itu.

Baca Juga

Khofifah menyebut, hampir 95 persen kebutuhan bawang putih di Jawa Timur dipenuhi dengan cara mengimpor dari negara lain, terutama Cina. Kebutuhan bawang putih Jawa Timur yang mencapai 56.580 ton per tahun. Adapun produksi lokal hanya mampu mencukupi sebanyak 3.040 ton bawang putih setiap tahun.

"Padahal, potensi sektor pertanian Jawa Timur tidak bisa dikatakan minim. Justru sebaliknya, potensi pertanian Jatim besar dan melimpah, " kata Khofifah saat mengikuti panen perdana bawang putih di Desa Sempol, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso, Sabtu (3/8).

photo
(Ilustrasi) Pedagang memilah bawang putih yang dijual di Pasar Keputran, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (14/6). Kebutuhan Provinsi Jawa Timur akan bawang putih hingga kini masih bergantung pada impor.

Khofifah mengungkapkan, Pinbas MUI Jawa Timur bekerja sama dengan Perhutani Divre Jawa Timur menanam bawang putih di 41 hektar lahan Perhutani. Sedangkan, untuk penanaman bawang putih, kata Khofifah melibatkan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Melalui Pinbas MUI Jawa Timur, Khofifah berharap pihaknya bisa menginisiasi kemungkinan swasembada bawang putih.

"Kalau kita bisa mendapat bibit yang baik, teknologi yang sesuai dengan topografi tanah, dan ada pendampingan sejak mulai penanaman, maka bukan tidak mungkin kita bisa swasembada bawang putih ke depannya," ujar Khofifah.

Pada hasil panen perdana ini, Khofifah mengakui, kualitas bawang putih yang dihasilkan belum sebaik bawang putih yang biasa diimpor dari Cina.

Untuk itu, perlu adanya peningkatan kualitas. Misalnya, dengan sentuhan teknologi pertanian dan bibit unggul. Khofifah juga mengaku, telah ada calon investor yang akan berinvestasi di sektor hortikultura. Investor tersebut sudah keliling Jawa Timur terkait rencana investasi.

Meski kurang bisa bersaing lantaran ukurannya yang masih terlalu kecil, Khofifah mengatakan, bawang putih jenis ini masih akan laku jika dijual untuk bahan obat-obatan. Atau paling tidak mencukupi kebutuhan bawang putih lokal.

Karena itu, ia menugasi langsung pejabat Pemprov Jawa Timur untuk membawakan bawang putih Bondowoso ini pada calon investor  tersebut. Dengan begitu ia berharap akan ada teknologi pertanian yang diterapkan untuk peningkatan kualitas bawang putih lokal Jawa Timur.

"Bibit, teknologi, pendampingan. Tiga hal ini harus ada dalam mengintervensi sektor pertanian kita. Bibitnya kita siapkan, teknologinya kita bantu, dan pendampingannya kita lakukan," kata Khofifah.

Ketua Pinbas MUI Jawa Timur Wahid Wahyudi mengatakan, panen perdana bawang putih ini adalah hasil budidaya Pinbas MUI Jawa Timur. Menurutnya, ini adalah bukti nyata bahwa MUI bukan hanya berurusan dengan fatwa dan akhlaq. Melainkan juga mengembangkan sayap di sektor ekonomi riil.

Wahid mengakui, bawang putih impor secara fisik butirannya lebih besar, dan harganya lebih murah, yakni senilai Rp 22 ribu per kilogramnya. Sedangkan bawang putih lokal, dengan kualitas yang masih kurang, tetapi harganya mencapai Rp 50 ribu per kilogramnya.

"Dari segi bisnis memang kalah. Tapi sekarang ada kewajiban bagi pengimpor bawang putih untuk menanam 5 persen dari jumlah bawang putih yang diimpor," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement