Ahad 04 Aug 2019 00:00 WIB

Warga Rajabasa Lampung Masih Trauma Tsunami Tahun Lalu

Pada Sabtu petang, warga yang mengungsi mulai kembali ke rumah masing-masing.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Ani Nursalikah
Sebanyak 2 SSK prajurit Korem 064 Maulana Yusuf Banten diterjunkan ke lokasi gempa bumi 7,4 SR.
Foto: dok. Pendam Siliwangi
Sebanyak 2 SSK prajurit Korem 064 Maulana Yusuf Banten diterjunkan ke lokasi gempa bumi 7,4 SR.

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG SELATAN -- Warga Lampung kembali dikejutkan adanya peringatan potensi tsunami akibat gempa di Banten, Jumat malam (2/8). Warga berhamburan keluar rumah dan mengungsi ke tempat tinggi, termasuk Gunung Rajabasa, di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.

Setelah peringatan gelombang tsunami dicabut, sebagian warga sudah kembali ke rumah masing-masing. Namun, warga masih ada yang trauma. Mereka memutuskan bertahan di tempat dataran tinggi, khawatir terjadi gempa susulan yang diserta gelombang tsunami.

Baca Juga

“Malam itu, mendengar ada gempa dan tsunami warga langsung berhamburan keluar rumah dan mengungsi ke tempat tinggi. Ada yang ke Gunung Rajabasa, khawatir diterjang gelombang tsunami seperti akhir tahun lalu,” kata Weli (42 tahun), warga Desa Banding Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan kepada Republika.co.id, Sabtu (3/8).

Menurut dia, setelah ada info peringatan tsunami telah dicabut dan tidak terjadi gelombang tsunami setelah dua jam lebih, warga yang mengungsi berangsur kembali ke desanya. Namun, warga belum berani memasuki rumah. Sebagian lagi masih bertahan di pengungsian karena khawatir terjadi gempa susulan dan tsunami.

Ia mengatakan, warga desa yang terdampak tsunami seperti Desa Kunjir, Desa Way Muli, dan desa-desa lainnya yang berada persis di bibir pantai perairan Selat Sunda masih belum pulih dari trauma hantaman tsunami pada 23 Desember 2019. “Mereka sangat takut sekali kalau terjadi lagi tsunami,” ujarnya.

Pada Sabtu petang, warga yang mengungsi di dataran tinggi dan Gunung Rajabasa, mulai berangsur balik ke rumah masing-masing karena menyakini gelombang tsunami tidak terjadi. Warga kembali beraktivitas seperti biasa meski masih dipenuhi rasa khawatir ketika malam hari.

Menurut Irsan, warga Desa Way Muli, warga masih merasa trauma dengan kejadian tsunami akhir tahun lalu, yang menghancurkan rumah-rumah warga dan menelan ratusan korban jiwa dan luka-luka. Saat ini, warga masih belum pulih karena masih banyak yang tinggal di tempat pengungsian sementara dan rumah tinggal sementara.

Ia berharap pemerintah dapat segera memberitahukan warga yang bermukim di pesisir selatan atau bibir pantai Selat Sunda bila terjadi gempa, apalagi berpotensi tsunami. Tujuannya, kata dia, agar warga dapat bersiaga penuh bila terjadi kondisi yang tidak diinginkan seperti gelombang tsunami.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement