REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Burhanuddin Muhtadi mengamati ada sejumlah trik yang dilakukan PDIP guna mendongkrak suara pada pemilu 2014 dan 2019. Padahal, PDIP mengalami kekalahan di Pileg dan Pilpres 2009.
Burhanuddin menilai PDIP mampu belajar banyak dari kekalahan saat Pemilu 2009. Kemampuan PDIP untuk belajar dari kekalahan akhirnya mengantar PDIP ke posisi juara.
Salah satu trik yang digunakan PDIP, yaitu mencetak kader internal. "Banyak contoh bu Mega jadi king maker lalu menyediakan diri untuk menjadikan PDIP kawah candradimuka lahirnya pemimpin daerah," katanya dalam diskusi di kantor DPP PDIP pada Sabtu, (3/8).
Ia menganggap kader-kader internal hasil binaan PDIP mampu memenangi Pilkada sekaligus disukai publik. Contohnya Presiden Joko Widodo dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
"Pada 2009 kalah Pileg dan Pilpres, tidak banyak diulas apa yang dipelajari PDIP. Kuncinya keberhasilan mencetak kader unggul di pilkada-pilkada, ya seperti pak Jokowi itu yang sukses," ujarnya.
Trik lainnya, kata dia, PDIP bisa mengubah diri menjadi partai inklusif. Contohnya PDIP yang membentuk Baitul Muslimin Indonesia. Alhasil PDIP mampu merangkul suara pemilih Muslim yang merupakan kelompok pemilih mayoritas.
"Pemilih muslim PDIP naik. PDIP ini hebat bisa tarik pemilih berbasis organisasi muslim," sebutnya.
Burhanuddin menganggap PDIP berhasil melawan stigma anti Islam yang selama ini mendera partai berlambang banteng itu. "Tak mungkin di Indonesia bisa menang tanpa dapat suara muslim karena 80 persen pemilih," ucapnya.