REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG - Temuan situs di Desa Mantingan, Salam, Kabupaten Magelang, setelah dilakukan ekskavasi dalam beberapa hari ini menunjukkan bahwa bangunan tersebut merupakan candi petirtaan. Hal tersebut diungkapkan Pengkaji Cagar Budaya, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Muhammad Junawan, Jumat (2/8).
"Saat ini telah kita temukan dua sudut dari struktur yang kita telusuri yaitu sudut sisi timur dan barat yang mengindikasikan bahwa ini merupakan bangunan candi petirtaan dengan tipe leter U," katanya.
Ia menuturkan candi petirtaan ini digunakan untuk fungsi ziarah, penyucian diri sebelum memasuki ke suatu bangunan suci. Ia mengatakan candi petirtaan di lahan yang akan dibangun kolam ikan koi ini memiliki ukuran 22,5 meter.
"Petirtaan dengan tipe leter U yang kita temukan ini paling besar di Jateng karena beberapa candi petirtaan yang kita temukan rata-rata berukuran sekitar 4-6 meter," katanya.
Ia menyampaikan dari hasil rekonstruksi yang dilakukan sudah berhasil menemukan komponen-komponen batu yang kira-kira sembilan lapis dengan ketinggian lebih dari 2,5 meter dengan ornamen pahatan yang detail dan kualitas batu yang baik serta ukiran-ukiran yang baik juga.
"Candi petirtaan ini dialiri air, peziarah menyucikan diri di pancuran-pancuran, di sini juga ditemukan saluran air dua macam, yakni saluran air yang autlet dan inlet, jadi keluar masuknya air itu sudah ada jenis-jenis saluran air yang kita temukan seperti itu, jadi ada saluran air yang memang masuk dan dikeluarkan lewat pancuran," katanya.
Ia mengatakan pembuatan candi petirtaan ini belum diketahui tahun berapa, karena belum menemukan bukti-buktinya.
"Kita melakukan pendekatan dengan pertanggalan relatif, yaitu dengan profil candinya sesuai dengan pada masa klasik pertengahan, perkiraan tahun 800-950-an jadi sekitar abad ke-9," katanya.
Ia menuturkan tempat petirtaan yang selama ini ditemukan berupa situs agama Hindu dan juga kebiasaan-kebiasaan agama Hindu juga ada tentang ziarah ke sumber air suci.