Selasa 30 Jul 2019 09:13 WIB

Tinggalkan Rok, Pakailah Celana Wahai Paskibraka Putri

Peraturan juga membolehkan paskibraka putih menggunakan celana panjang.

Ichsan Emrald Alamsyah
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ichsan Emrald Alamsyah*

"90 derajat, 90 derajat," itulah teriakan senior kepada penulis 19 tahun lalu. Kami, para siswa yang ikut menjadi pengibar bendera harus mengangkat kaki setinggi 90 derajat saat berjalan di tempat.

Semua harus melakukan baik peserta putri maupun perempuan. Mau itu yang menggunakan rok atau celana abu-abu. Maka itu, ketika penulis mendengar ada polemik penggunaan celana panjang bagi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka jadi mengingatkan cerita beberapa tahun lalu. Berdasarkan pengalaman tersebut penulis jadi memiliki opini tersendiri terkait rok.

Bagi penulis rok sejatinya adalah diskriminasi dan berkah bagi para putri. Namun rok juga bisa menimbulkan perpecahan di kalangan senior pengajar pasukan pengibar bendera. Itulah yang penulis ingat ketika berlatih menjadi pengibar bendera jelang 17 Agustus di tahun 2000.

Diskriminasi dalam artian tingkat kesulitan para putri akan lebih dibandingkan kaum putra. Bayangkan anda harus berderap sama dengan kaum laki-laki sementara celana mereka lebih longgar dan bisa mengangkat tinggi. Belum lagi bila setelah istirahat peserta putri harus duduk di tepi jalan sambil memiring-miringkan kaki agar pakaian dalam tak terlihat peserta laki-laki.

Walau sebenarnya peserta putri punya solusi penggunaan stocking agar pakaian dalam tak terlihat mata-mata jelalatan para kaum Adam. Cuma di saat yang sama, kadang kala ada perpecahan di antara senior atau mentor pengajar pasukan pengibar bendera yang berhubungan dengan rok.Misalnya saja senior perempuan meminta seluruh peserta mengangkat kaki setinggi 90 persen baik laki-laki maupun perempuan. Sementara senior laki-laki kadang meminta peserta perempuan mengangkat kaki sesuai kemampuan karena terhalang rok.

Setidaknya itu pengalaman penulis dan tentu saja pola pelatihan akan berbeda baik. Apalagi bila sudah level Paskibraka tentu tidak ada cerita sama dengan yang penulis rasakan. Penulis yakin pelatih dari Purna Paskibraka Indonesia tidak akan membedakan pelatihan baik laki-laki maupun perempuan. Paskibraka Putri yang menggunakan rok maupun Paskibraka Putra yang menggunakan celana panjang mendapat porsi pelatihan yang sama. Sehingga kalau begitu kenapa harus membedakan celana mereka, toh hasil pelatihannya sama.

Lagipula dengan mengganti rok Paskibraka Putri dengan celana, menurut penulis tidak ada esensi yang berubah dari sakralnya pengibaran bendera Pusaka Merah Putih.

Kita akan tetap merasakan betapa hikmatnya proses pengibaran baik secara langsung maupun lewat televisi. Selain itu jangan lupa proses penurunan Sang Saka Merah Putih, yang jarang disorot media kecuali TVRI, juga sama berat proses pelatihannya.

Selain itu pihak Istana yang diwakili Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono menjelaskan aturan tersebut. Ia mengatakan aturan penggunaan celana panjang untuk anggota paskibraka putri  sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2018 tentang Tata Pakaian pada Upacara Kenegaraan dan Acara Resmi.

"Dalam aturannya kan dapat, maka bisa menyesuaikan semuanya hijab pakai celana," kata Heru saat dikonfirmasi, Senin (29/7).

Menurut Heru, bagi anggota paskibraka yang tak berhijab bisa saja menggunakan rok. Namun, ia  menyarankan agar menggunakan celana panjang sehingga seragam dengan anggota lain.

Sebelumnya Deputi Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Asrorun Ni'am Sholeh mengatakan penggunaan celana panjang oleh anggota putri Paskibraka Nasional 2019 sesuai dengan keputusan rapat koordinasi pelaksanaan diklat paskibraka 12 Juli yang lalu.

Aturan yang memungkinkan penggunaan celana panjang bagi perempuan juga termaktub dalam Peraturan Kapolri Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pakain Dinas, yang memungkinkan memakai celana panjang bagi putri untuk pakaian dinas upacara. Termasuk peraturan Menteri Pertahanan.

Sehingga daripada meributkan soal celana dan rok yang tampaknya makin berujung pada paranoid dan Islamofobia ada baiknya kita dukung 68 adik-adik anggota Paskibraka Nasional 2019 yang sedang menjalani pendidikan dan pelatihan intensif di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PPPON) Cibubur.

Doakan mereka tetap sehat dan mampu mengibarkan Sang Saka Merah Putih dengan prima. Selain itu doakan agar tidak mengalami salah apapun termasuk terbalik, karena anda takkan tahu betapa kecewa, marah dan trauma para Paskibra ketika itu benar-benar terjadi.

*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement