Kamis 25 Jul 2019 08:05 WIB

Mega Ungkap Alasan tak Hadiri Pertemuan Koalisi

Empat parpol Koalisi Indonesia Kerja sepakat mempertahankan komposisi koalisi.

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto usai melakukan pertemuan di kediaman Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (24/7).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto usai melakukan pertemuan di kediaman Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (24/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengungkapkan alasan tak ada perwakilan partai berlogo banteng moncong putih dalam pertemuan empat partai Koalisi Indonesia Kerja (KIK) di kantor DPP Partai Nasdem. Mega beralasan PDIP masih sibuk mempersiapkan Kongres PDIP.

"Saya ditanya, kenapa kok Ibu enggak ada wakil dari PDI Perjuangan? Karena kami memang sekarang sedang menghadapi yang namanya rapat kerja daerah, rapat kerja cabang, untuk penyelenggaraan kongres," kata Megawati di Jakarta, Rabu (24/6).

Ia mengatakan, saat pertemuan empat partai KIK, dirinya tengah berada di luar negeri atau di luar daerah. Presiden kelima RI ini juga mengungkapkan, PDIP akan mengadakan kongres pada 8 sampai 11 Agustus nanti. Seperti diketahui, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Golkar bertandang ke kantor DPP Partai Nasdem pada Senin (22/7) lalu.

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengatakan, pertemuan empat parpol KIK kali ini dilakukan sekaligus untuk mengingatkan betapa pentingnya satu proses yang telah dilalui bersama sebagai partai koalisi pengusung Jokowi-Ma'ruf Amin. Secara khusus, Surya mengajak Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk mengadakan pertemuan serupa di lain waktu.

Dia mengatakan, pertemuan bisa jadi bersifat empat mata atau mengundang semua ketua umum partai koalisi. "Nanti kita cari waktu lagi duduk dengan Mbak Mega. Harapan kami punya perspektif dan pikiran yang sama," katanya.

Sementara, Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Johnny G Plate mengklaim empat parpol KIK bersepakat untuk tetap mempertahankan komposisi koalisi. Ia menegaskan, saat pertemuan empat parpol tersebut, mereka bersepakat menolak adanya penambahan komposisi dalam partai koalisi.

"Empat ketua umum itu sampai pada satu titik pandangan dan pendapat yang sama. Pertama, bahwa koalisi KIK itu sudah solid, sehat, dan kuat, sehingga harus dijaga dan dipertahankan," kata Plate di Kompleks Parlemen RI, Senayan, Jakarta, Selasa (23/7).

Plate menegaskan, empat partai tersebut dalam pertemuan yang terjadi pada Senin tidak memiliki pandangan untuk melebarkan koalisi. Menurut Plate, empat partai tersebut memandang koalisi yang sudah kuat tidak perlu diperkuat lagi. "Kami tidak membicarakan sama sekali terkait isu terkini yang beredar, yakni kami belum berpikir sekali pun untuk mengembangkan atau melebarkan koalisi. Yang ada justru menjaga soliditas koalisi," ujar dia.

Plate mengatakan, koalisi di 2019-2024 ini sudah sangat kuat. Berbeda keadaannya dengan tahun 2014-2019 di mana koalisi pendukung Jokowi lemah di parlemen. Maka itu, untuk menjaga koalisi yang sudah kuat ini, Plate berharap agar tidak perlu ada lagi penambahan koalisi. "Jangan ada virus-virus yang membuat koalisinya menjadi lemah," ujar dia.

Terpisah, Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira, PDIP memilih untuk menjaga koalisi tetap solid. "Bahwa di luar itu ada suara-suara yang ingin bergabung, tapi yang penting pertama itu koalisi solid, sehingga jangan sampai ada penambahan atau ini justru membuat koalusi tidak solid. Saya kira ini poin yang paling penting," kata Pareira.

Lagipula, lanjut Pareira, koalisi yang terlalu gemuk berimbas pada kurang efektifnya kinerja pemerintahan. Pareira menegaskan, pemerintah butuh kekuatan politik lain di luar pemerintahan untuk menjaga check and balances. "Dan saya kira kekuasaan itu kalau terlalu gemuk itu justru menjadi tidak lincah. Ya kita menghindari terjadinya obesitas kekuasaan, sehingga saya rasa dengan koalisi yang ada tentu sudah efektif di pemerintahan ke depan," kata Pareira. N rizkyan adiyudha/arif satrio nugroho, ed: agus raharjo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement