Rabu 24 Jul 2019 20:52 WIB

Dampak Pencemaran Minyak, Karawang Tutup Objek Wisata Pantai

Air laut yang telah tercemar minyak ini bisa menimbulkan gatal-gatal terhadap kulit.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga membawa karung berisi pasir yang tercemar tumpahan minyak mentah (Oil Spill) di pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Rabu (24/7/2019).
Foto: Antara/M Ibnu Chazar
Warga membawa karung berisi pasir yang tercemar tumpahan minyak mentah (Oil Spill) di pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Rabu (24/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Pemkab Karawang menutup sementara lima objek wisata pantai yang terdampak tumpahan minyak mentah (crude oil). Lima objek wisata ini, yakni Pantai Tanjung Pakis, Pantai Sedari, Pantai Pisangan, Pantai Samudera Baru dan Pantai Pelangi.

Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, mengatakan, dampak dari pencemaran minyak mentah akibat eksplorasi yang dilakukan Pertamina PHE ONWJ, untuk sementara ditutup. Cemaran minyak tumpah ini dikhawatirkan bisa membahayakan wisatawan. Terutama, mereka yang ingin berenang di laut Jawa tersebut.

Baca Juga

"Penutupan ini, sampai batas waktu yang tak ditentukan," ujar Cellica, Rabu (24/7).

Cellica mengakui, tumpahan oil spill ini akan berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat. Khawatir, jika air laut yang telah tercemar minyak ini bisa menimbulkan gatal-gatal terhadap kulit warga.

Dia juga mengimbau kepada warga maupun nelayan untuk berhati-hati. Supaya, tidak terkena air laut yang telah tercemar minyak mentah tersebut. "Kami juga meminta warga supaya berhati-hati dalam mengkonsumi ikan hasil tangkapan nelayan ataupun dari tambak. Karena, kalau ikan itu dikonsumsi bisa membahayakan," ujarnya.

Sementara itu, Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), menerjunkan 1.000 warga, untuk membersihkan pantai yang terdampak pencemaran minyak mentah (crude oil). Seribuan warga ini, tersebar di tujuh desa. Salah satunya, di Sedari dan Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya.

Vice President Relations Pertamina PHE ONWJ, Ifki Sukarya, mengatakan, tumpahan minyak ini terjadi sejak 12 Juli kemarin. Saat itu, sekitar pukul 01.30 WIB, telah terjadi well kick// pada sumur (reaktivasi) YYA-1. Akibat reaktivasi ini, muncul gelembung di sekitar YYA plaftform, atau sekitar dua kilometer dari lepas pantai utara Jawa.

"Sejak saat itu, gelembung yang disertai minyak mentah terus keluar dan tak bisa dibendung," ujar Ifki.

Dengan adanya kejadian itu, pihaknya terus melakukan penanganan. Termasuk, membersihkan pantai yang tercemar minyak mentah itu. Pada 18 Juli kemarin, aksi bersih-bersih pantai sudah dilakukan.

Aksi ini, dengan melibatkan 1.000 warga, termasuk tukang ojek dalam kegiatan bebersih pantai. Khusus di Pantai Sedari saja, minyak mentah yang telah bercampur dengan tanah dan pasir ini, sudah terkumpul 84.326 karung.

Limbah minyak ini, lanjut Ifki, diangkut oleh tukang ojek ke lokasi titik pengumpulan, yakni di wilayah Sedari. Kemudian, limbah minyak ini akan dibawa dan dimusnahkan di PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI), Citereup, Bogor. N Ita Nina Winarsih (Ita)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement