REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mendapati banyak wilayah berpotensi terancam kekeringan. BPPT menyiapkan solusi berupa pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca (TMC) alias hujan buatan. TMC akan diprioritaskan mencegah kekeringan pada areal persawahan yang banyak tersebar di Jawa, Bali, NTT, dan NTB.
"Jika kekeringan melanda di banyak wilayah pertanian khususnya tanaman padi, maka dikhawatirkan akan terjadi gagal panen. Untuk itu kami di BPPT siap untuk melakukan Operasi Hujan buatan atau TMC," kata Kepala BPPT Hammam Riza usai mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) terkait antisipasi bencana kekeringan, di Kantor BNPB, Jakarta, Senin (22/7).
Ia mengatakan pemanfaatan TMC untuk mengatasi kekeringan merupakan tindak lanjut dari perintah Presiden dan banyak kepala daerah. Teknologi ini dianggap mampu menjadi solusi mengatasi kekeringan yang sudah mulai melanda beberapa wilayah di Indonesia.
"Teknologi modifikasi cuaca atau banyak disebut hujan buatan ini pun akan dilakukan oleh BPPT yang berkoordinasi dengan BNPB dan BMKG," ujar Hammam.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, juga telah berkoordinasi dengan BPPT. Ini merupakan bagian dari upaya menurunkan hujan bagi desa yang berpotensi terkena kekeringan.
“Menteri Desa terkait isu kekeringan pun sangat menaruh perhatian. Karena petani di desa-desa akan merasakan dampaknya dan berisiko mengalami gagal panen," jelasnya.
Menurutnya, teknologi modifikasi cuaca penting diterapkan guna mengatasi kekeringan. Hujan buatan diharapkan menjadi solusi agar wilayah-wilayah, khususnya yang menjadi lumbung padi, dapat terhindar dari kekeringan.
"Kami tentu di BPPT akan berupaya optimal untuk membuat hujan buatan dan mengatasi kekeringan sehingga risiko gagal panen dapat dihindarkan," ucap dia.