Ahad 21 Jul 2019 18:47 WIB

BMKG Minta Warga Jabar Waspadai Kekeringan

BMKG memprediksi curah hujan rendah dominasi wilayah Jabar.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agung Sasongko
 Sebagian petani Keramba Jaring Apung (KJA) di waduk Saguling, Kabupaten  Bandung Barat mengkhawatirkan dampak musim kemarau akan membuat ikan-ikan  mengalami mabuk. Terlebih empat tahun silam, pernah terjadi ratusan ikan  mengalami kematian akibat mengalami mabuk
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Sebagian petani Keramba Jaring Apung (KJA) di waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat mengkhawatirkan dampak musim kemarau akan membuat ikan-ikan mengalami mabuk. Terlebih empat tahun silam, pernah terjadi ratusan ikan mengalami kematian akibat mengalami mabuk

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA – Memasuki dasarian III Juli 2019, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan peluang curah hujan rendah sangat kuat mendominasi seluruh wilayah Jawa Barat. Untuk itu, warga pun diimbau mewaspadai kondisi tersebut.

Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, menjelaskan, pada dasarian III Juli 2019, pada umumnya wilayah Jawa Baat masuk dalam kategori curah hujan rendah 0 – 10 mm/das dan 10 – 20 mm/das.

Sedangkan curah hujan 20 – 50 mm/das, diprakirakan terjadi di sebagian kecil Tasikmalaya dan Ciamis bagian tengah. Curah hujan di kisaran 20 – 50 mm/das itupun masih masuk kategori rendah.

‘’Pada dasarian II Juli 2019, distribusi curah hujan di wilayah Jawa Barat juga pada umumnya tidak mengalami hujan. Hanya beberapa wilayah saja yang masuk kriteria hujan rendah 0 – 20 mm,’’ terang pria yang akrab disapa Faiz itu, Ahad (21/7).

Faiz mengungkapkan, menghadapi kondisi tersebut, pihaknya mengimbau warga untuk waspada terhadap potensi bahaya kekeringan. Pasalnya, saat ini ketersediaan air semakin berkurang di sumber-sumber air seperti sungai, waduk dan danau.

‘’Waspada terhadap krisis air bersih, meningkatnya potensi gagal panen dan kenaikan harga komoditas pertanian,’’ tukas Faiz.

Faiz menambahkan, berdasarkan Informasi Monitoring HTH Wilayah Provinsi Jawa Barat  yang dikeluarkan Stasiun Klimatologi Bogor, hingga 20 Juli 2019, ada tiga wilayah yang mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) Terpanjang. Yakni, Gantar, Bantarhuni dan Temiyang yang semuanya terletak di Kabupaten Indramayu.

‘’Ketiga daerah itu mengalami HTH Terpanjang selama 94 hari,’’ terang Faiz.

Selain ketiga daerah itu, sejumlah daerah lainnya di Kabupaten Indramayu juga berpotensi mengalami kekeringan ekstrim. Yakni, Sukra, Indramayu, Gabuswetan, Gantar, Sukagumiwang, Jatibarang, Cikedung, Lelea, Sliyeg, Terisi, Karang Asem, Kroya, Cipancuh dan Temiyang.

‘’Potensi kekeringan ekstrim itu dikarenakan hingga update terakhir pada 20 Juli 2019, daerah tersebut tidak hujan berturut-turut selama lebih dari 60 hari,’’ kata Faiz.

 Tak hanya Kabupaten Indramayu, sejumlah daerah di berbagai wilayah lainnya di Jabar juga berpotensi mengalami kekeringan ekstrim. Yakni, Cirebon, Majalengka, Cianjur, Sukabumi, Bogor, Bekasi, Karawang, Subang, Purwakarta dan Sumedang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement