Sabtu 06 Jul 2019 12:38 WIB

11 Gajah Sumatera Masuk Permukiman di Riau

Kawanan gajah liar dihalau dengan mengerahkan gajah jinak terlatih.

Ilustrasi.
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau menyatakan 11 ekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) bergerak di dekat permukiman dan kebun milik warga di Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau. Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Dian Indriati mengatakan telah mengerahkan dua ekor gajah latih untuk menghalau kawanan gajah liar tersebut.

"Penggiringan satwa liar gajah yang berjumlah 11 ekor di dusun III Desa Karya Indah dilakukan dengan menggunakan gajah jinak dari Pusat Latihan Gajah Riau di Minas," katanya, Sabtu (6/7).

Baca Juga

Ia mengatakan proses penggiringan dilakukan sejak Jumat (5/7) petang. Tim BBKSDA Riau dibantu oleh beberapa warga, anggota Masyarakat Peduli Api (MPA) dan Babinsa desa setempat.

"Kita masih melakukan penggiringan kawanan gajah liar dari lokasi semak belukar yang berdekatan dengan kebun warga," ujarnya.

Dalam penggiringan ini dilakukan penjagaan di beberapa titik tempat lintasan agar kawanan gajah liar tidak masuk kembali ke daerah pemukiman. "Sampai saat ini tim masih terus berada di lokasi melakukan penjagaan," katanya.

Gajah sumatera liar dalam tiga bulan terakhir keluar dari jalur lintasannya dan memasuki perkebunan dan mendekati permukiman masyarakat. Sejak sebelum perayaan Idul Fitri 1440 H, enam ekor gajah liar masuk ke perkebunan warga di Kecamatan Peranap dan Kelayang, Kabupaten Indragiri Hulu.

Hingga kini proses penghalauan masih berlangsung untuk menggiring gajah liar ke habitatnya di kawasan hutan landskap Tesso Nilo. Dian mengatakan konflik gajah liar dengan manusia pada tahun ini memang meningkat dibandingkan tahun lalu.

"Ya meningkat, dan semua kita respons dengan segera dan menurunkan tim bahkan sampai menurunkan bantuan gajah latih kami," katanya.

Namun, banyak kendala di lapangan dalam proses penggiringan sehingga konflik tidak bisa cepat diatasi. "Tidak semudah yang kita bayangkan karena terkadang kita mendapat kendala. Kita menggiring tapi di sisi lain masyarakat ada yang menghalau tidak mau dilewati kebunnya. Padahal kita sudah mengimbau. Jadi gajah berputar putar saja tidak tahu harus lewat mana," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement