REPUBLIKA.CO.ID, TRENGGALEK -- Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkesdalduk KB) Kabupaten Trenggalek melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) terhadap potensi wabah penyakit hepatitis A di daerah tersebut. Sekretaris Dinkesdalduk KB Trenggalek Sutikno Slamet mengatakan ada dua hal yang melandasi digelarnya PE di sejumlah wilayah.
PE dilakukan karena adanya tren peningkatan kasus hepatitis dari tahun ke tahun selama tiga tahun terakhir. Selain itu adanya korelasi dengan wabah penyakit di daerah tetangga Trenggalek yakni Pacitan hingga berstatus KLB.
"Kami terus melakukan pemantauan terkait penyebaran penyakit itu (hepatitis) di sini (Trenggalek). Jadi tim kami telah turun untuk melakukan PE juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait cara pencegahannya," katanya pada Jumat (5/7).
Penyelidikan itu bertujuan untuk mengenal penyebab, sifat-sifat penyebab, sumber dan cara penularan atau penyebaran serta. PE juga dilakukan untuk mengetahui faktor yang dapat memengaruhi timbulnya penyakit hepatitis.
Diharapkan dari hasil PE ada petunjuk yang spesifik terkait ada tidaknya virus atau wabah hepatitis, area yang terinfeksi, atau bahkan menjadi kawasan endemi penyakit kuning. Sutikno mengharapkan seluruh masyarakat membiasakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut.
PHBS meliputi membiasakan cuci tangan dengan sabun, buang air besar (BAB) di jamban, hingga mencuci pakaian maupun peralatan makanan dengan sabun dan membilasnya dengan air mengalir.
"Selain itu kami juga telah memberikan kaporit kepada beberapa sumur atau sumber air warga untuk mencegah virus tersebut. Semoga saja kesadaran masyarakat terkait hal ini ada dan penularannya bisa dicegah," kata Sutikno.
Berdasar rekam medik pasien yang menjalani rawat inap di RSUD dr Soedomo, penyakit hepatitis di Kabupaten Trenggalek selama tiga tahun terakhir sejak 2017-2019 menunjukkan tren peningkatan. Pada 2017 tercatat ada 203 kasus, 2018 sebanyak 263 kasus, dan pertengahan 2019 ini ada 303 kasus.