Jumat 05 Jul 2019 08:53 WIB

Dinasti Nehru-Gandhi di Pentas Politik India Meredup

Rahul Gandhi kehilangan kursi di pemilu, akhir dinasti politik paling kuat di India.

Rahul dan Sonia Gandhi
Foto: www.themediainternational.com
Rahul dan Sonia Gandhi

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Rizky Jaramaya

Kekalahan telak dialami Partai Kongres dalam pemilihan umum (pemilu) di India yang baru lalu. Bertanggung jawab atas kekalahan itu, Rahul Gandhi (49 tahun) mengundurkan diri sebagai presiden partai oposisi itu.

Gandhi mengumumkan pengunduran dirinya melalui akun Twitter miliknya. Gandhi mengatakan, dia mengundurkan diri karena akuntabilitas partai pada masa depan sangat penting.

"Membangun kembali partai membutuhkan keputusan sulit dan banyak orang harus bertanggung jawab atas kegagalan tersebut. Tidak adil untuk meminta pertanggungjawaban orang lain tetapi mengabaikan tanggung jawab saya sendiri sebagai presiden partai," kata Gandhi dalam surat pengunduran dirinya, Kamis (4/7).

Rahul Gandhi kehilangan kursi dalam pemilu tahun ini. Hal tersebut menandai berakhirnya dinasti politik yang paling kuat di India.

Dia telah merencanakan pengunduran dirinya sejak hasil pemilu diumumkan pada Mei lalu. Namun, pejabat partai dan pendukungnya mendesak agar Gandhi tetap menjabat sebagai presiden Partai Kongres.

Berdasarkan hasil pemilu, Partai nasionalis Hindu yang mengusung Perdana Menteri Narendra Modi, Bharatiya Janata Party (BJP), memenangkan 303 dari 542 kursi di majelis rendah parlemen. Jumlah tersebut jauh melampaui mayoritas yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan.

Sementara itu, Partai Kongres memenangkan 52 kursi. Kongres All India Trinamool yang dipimpin oleh Ketua Menteri Benggala Barat, Mamata Banerjee, memenangkan 22 kursi.

Dalam surat pengunduran dirinya, Gandhi mengatakan BJP menggunakan organisasi negara untuk memenangkan pemilu. "Kami tidak melawan partai politik dalam pemilihan 2019. Sebaliknya, kami melawan seluruh mesin negara India, yang setiap institusinya dikerahkan melawan oposisi. Sekarang sangat jelas bahwa netralitas kelembagaan kita yang dahulu sangat dihargai saat ini tidak ada lagi di India," kata Gandhi.

Gandhi mengatakan, BJP secara sistematis telah menghancurkan suara rakyat India. Menurut dia, demokrasi India secara fundamental telah melemah dan pemilu akan berubah menjadi sekadar ritual belaka. "Perebutan kekuasaan ini akan menghasilkan tingkat kekerasan dan rasa sakit yang tak terbayangkan bagi India,"ujar Gandhi.

Rahul Gandhi cukup lama absen dari dunia politik meskipun telah menjadi pengacara. Kemudian, pada Desember 2017 dia mengambil alih kepemimpinan partai dari ibunya, Sonia Gandhi, yang menderita masalah kesehatan. Rahul Gandhi merupakan generasi keempat dalam dinasti Nehru-Gandhi.

Dalam surat terbuka tentang pengunduran dirinya, ia tampak telah bertekad kuat melepaskan kendali keluarganya dari partai yang telah berusia 133 tahun itu. Ia bahkan menyerukan agar Partai Kongres melakukan perubahan radikal.

Sonia yang selama ini masih menjadi figur berpengaruh di partai masih bungkam soal keputusan putranya. Sementara itu, adik Rahul Gandhi, Priyanka, juga tak berkomentar. Priyanka baru secara resmi bergabung dengan partai beberapa pekan sebelum pemilu.

Hampir selama 70 tahun Partai Kongres dipimpin oleh anggota dinasti Gandhi dimulai dari perdana menteri pertama di India, Jawaharlal Nehru. Hengkangnya Rahul Gandhi tampaknya tak dapat diterima semua kalangan. Mereka masih berharap ia membatalkan keputusannya.

"Kami meminta Rahul Gandhi memimpin di depan untuk terlibat dalam tantangan politik masa depan," kata Sachin Pilot, anggota partai dari Negara Bagian Rajasthan.

"Tak hanya Rajasthan, tetapi rakyat India telah memintanya untuk berubah pikiran, mengambil alih kembali kepemimpinan dan kembali bertugas sebagai presiden (partai)," katanya.

Pengamat politik Arti Jerath berpendapat, tidak akan ada yang berubah jika keluarga Gandhi tetap men jadi pusat kekuatan Partai Kongres. Menu rut dia, Partai Kongres membutuhkan pemimpi baru di luar keluarga Gandhi.

"Itu satu-satunya cara untuk mendapatkan suasana dan ide baru. Keluarga Gandhi harus melepaskannya. Itu tidak dapat melanjutkan sistem perlindungan," ujar Jerath.

Seorang penulis biografi Modi, Nilanjan Mukhopadyay, mengatakan, cara kepemimpinan Partai Kongres dalam menavigasi krisis saat ini akan menentukan nasib partai pada masa depan. Apabila keluarga Gandhi kembali mendominasi partai, muruah Partai Kongres tidak akan lebih baik daripada sekarang.

"Jika setelah semua melodrama ini Rahul Gandhi terus secara langsung atau melalui wakil presiden untuk mendominasi, itu akan lebih merusak bagi Partai Kongres daripada sekarang," kata Mukhopadyay.

Kemenangan BJP dipandang sebagai referendum tentang politik nasionalis Hindu Modi yang telah menimbulkan intoleransi terhadap Muslim dan minoritas agama lainnya. Kritikus mengatakan, nasionalisme partai Hindu yang berkuasa telah memperburuk ketegangan agama.

Sejak Modi memimpin BJP berkuasa pada 2014, sekelompok orang Hindu telah memenjarakan puluhan Muslim dan kasta rendah paria karena diduga mengonsumsi atau menyembelih sapi. Sapi dianggap sebagai hewan suci oleh umat Hindu. (ap/reuters ed: yeyen rostiyani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement