Selasa 04 Jun 2024 17:35 WIB

Pemilu India Pungkas, Muslim Makin Tersisih?

Perwakilan 200 juta Muslim India terus berkurang di parlemen.

Seorang Muslim menunjukkan bekas tinta di jarinya setelah mencoblos pada pemilu tahap keempat India di Baba Nagri, timur laut Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Senin, 13 Mei 2024.
Foto: AP Photo/ Dar Yasin
Seorang Muslim menunjukkan bekas tinta di jarinya setelah mencoblos pada pemilu tahap keempat India di Baba Nagri, timur laut Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Senin, 13 Mei 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – Pemilihan umum Lok Sabha alias pemilu legislatif India 2024 mulai dihitung setelah melalui masa pencoblosan beberapa hari belakangan. Hasil pemilu ini bakal sangat signifikan terhadap Muslim di India yang meski populasinya melonjak, keterwakilan di parlemen justru kian terkikis.

Hampir 970 juta orang berhak memilih dalam pemilu India tersebut. Mereka akan memilih 543 anggota majelis rendah Parlemen untuk masa jabatan lima tahun. Pemilu tahun ini dilangsungkan seiring diskriminasi yang terus meningkat terhadap Muslim India yang kini berjumlah 200 juta orang.

Baca Juga

The Associated Press menganalisis, seiring dengan pertumbuhan populasi Muslim di India, keterwakilan legislatif justru merosot. Pada pertengahan tahun 1980-an, umat Islam berjumlah 11 persen dari populasi India, dan mempunyai 9 persen kursi di Parlemen. Saat Muslim meliputi 14 persen dari populasi dan memiliki kurang dari 5 persen  kursi di Parlemen.

Anjloknya keterwakilan ini seturut dengan sentimen Hindutva alias nasionalisme Hindu yang meroket sejak Perdana Menteri Narendra Modi, politikus sayap kanan dari Partai Bharatya Janata (BJP).

Ketika Modi mengambil alih kekuasaan pada tahun 2014, parlemen yang berakhir masa tugasnya kala itu memiliki 30 anggota parlemen Muslim – dan hanya satu yang merupakan anggota BJP. Umat Islam sebelum pemilihan umum ini menduduki 25 dari 543 kursi, dan tidak ada satu pun yang berasal dari partai yang berkuasa.

Representasi politik umat Islam di tingkat negara bagian hanya sedikit lebih baik. Anggota parlemen Muslim memegang sekitar 6 persen kursi legislatif negara bagian. Tidak ada satu pun negara bagian yang memiliki ketua menteri yang beragama Islam.

Partai-partai oposisi di India semakin enggan mencalonkan kandidat Muslim karena takut akan mengasingkan pemilih Hindu, kata para ahli. Meskipun mayoritas umat Hindu mendukung BJP, umat Islam kesulitan membentuk agenda politik yang kohesif, sebagian karena betapa beragamnya komunitas tersebut dalam berbagai sekte, etnis, bahasa, adat istiadat, dan budaya.

Dalam pemilu kali ini, sentimen anti-Muslim kembali dimainkan BJP dan Narendra Modi. Islamofobia jadi salah satu ciri khas pemilu ini.

Hal ini paling jelas terlihat ketika Modi, dengan merujuk pada umat Islam, menyebut 200 juta penduduk Muslim India sebagai “penyusup” pada rapat umum kampanye BJP saat berpidato di depan para pemilih di negara bagian Rajasthan di bagian barat pada 21 April. Ia juga menuduh partai oposisi Kongres berencana mendistribusikan kekayaan negara kepada umat Islam.

Teori konspirasi seperti “Jihad Cinta,” juga muncul kembali. Kabar bohong tersebut terkait adanya agenda terselubung oleh laki-laki Muslim untuk menjerat dan mengubah agama perempuan Hindu yang dihembuskan partai Modi. Isu itu kembali menjadi perhatian publik, dan muncul secara mencolok pada rapat umum pemilu pada 28 Mei, beberapa hari sebelum fase terakhir pemilu yang sedang berlangsung, di negara bagian Jharkhand bagian Timur.

Oposisi menguat... baca halaman selanjutnya

 

sumber : Associated Press
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement