REPUBLIKA.CO.ID, oleh Gumanti Awaliyah, Antara, Anadolu
Pemilu India yang berakhir pada Sabtu (1/6/2024) di 57 daerah pemilihan di beberapa negara bagian, menyisakan duka. Sedikitnya 33 petugas tempat pemungutan suara (TPS) meninggal akibat gelombang panas selama fase terakhir Pemilu di India.
Beberapa kota di India dilanda gelombang panas, dengan suhu di atas 49 derajat Celsius, dan banyak negara bagian melaporkan kematian akibat gelombang panas tersebut. Ibu Kota New Delhi mengalami suhu tertinggi sepanjang masa sebesar 52,9 derajat Celsius, tetapi beberapa pejabat urusan cuaca lantas mengatakan bahwa angka tersebut salah.
Mei dianggap sebagai bulan terpanas selama musim panas, departemen cuaca India menyatakan jumlah hari gelombang panas pada bulan itu kemungkinan "melebihi hari-hari normal sekitar 5-8 hari" di beberapa negara bagian India.
Menurut badan cuaca India, pada Sabtu, Kota Jhansi di Uttar Pradesh mencatat suhu 46,9 derajat Celsius. Kepala Pejabat Pemilu Uttar Pradesh Navdeep Rinwa mengatakan, pengawas pemilu akan memberikan bantuan uang tunai kepada keluarga korban yang meninggal, termasuk pekerja sanitasi.
Di negara bagian timur, Odisha, beberapa pejabat memastikan bahwa sembilan orang meninggal akibat gelombang panas. Otoritas juga menantikan konfirmasi 81 kematian lainnya.
Kasus kematian pertama dilaporkan pada Rabu (29/5/2024) di Ibu kota India, New Delhi. Menurut laporan dari media setempat, seorang pekerja berusia 40 tahun meninggal dunia setelah mengalami heat stroke.
Heat stroke atau sengatan panas merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika seseorang mengalami peningkatan suhu tubuh secara drastis hingga 40 derajat Celcius atau lebih. Siapapun bisa terserang heat stroke walaupun kondisinya sedang sehat.
Wakil Gubernur Delhi telah memberi arahan kepada pemerintah daerah untuk mengambil langkah-langkah darurat demi melindungi para pekerja. Termasuk menyediakan air dan area-area teduh di lokasi-lokasi konstruksi, serta memberikan cuti berbayar dari siang hari sampai jam 3 sore.