Rabu 03 Jul 2019 00:30 WIB

Bocah Berbobot 97 Kg akan Diobservasi RSUD Karawang

Satia Putra, bocah asal Karawang, mengalami obesitas ekstrem dengan bobot 97 kg.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Reiny Dwinanda
Satia Putra (7tahun), warga Kampung Cilempung, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, yang memiliki bobot 97 kilogram.
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Satia Putra (7tahun), warga Kampung Cilempung, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, yang memiliki bobot 97 kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Pemkab Karawang, melalui Dinas Kesehatan setempat, merespons temuan kasus anak berbobot 97 kg. Instansi tersebut akan membawa Satia Putra (7 tahun) yang mengalami obesitas ekstrem untuk mendapatkan perawatan di RSUD Karawang.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, Nurdin Hidayat, mengatakan, rencananya Satia akan dijemput untuk dibawa ke RSUD pada Rabu (3/7). Ia menjelaskan, kasus obsesitas ekstrem ini cukup serius sehingga anak yang mengalaminya harus segera mendapatkan penanganan.

"Besok Satia akan kami evakuasi ke RSUD," ujarnya, Selasa (2/7).

Menurut Nurdin, saat ini pihaknya sedang mengurus kartu kesehatan untuk Satia agar penanganan dan pengobatannya bisa lebih optimal. Apalagi, kedua orang tua Satiaberasal dari keluarga pra sejahtera.

Nurdin menjelaskan, biaya penanganan obesitas Satia akan ditanggung oleh Pemkab Karawang melalui program Karawang sehat. Rencananya, Satia akan diobservasi untuk mencari penyebab obesitasnya tersebut.

"Kami juga akan memotivasi anak ini untuk hidup lebih sehat lagi," ujar Nurdin.

Satia merupakan anak dari pasangan Sarli dan Komariah, warga Kampung Cilempung, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon. Menurut sang ayah, anaknya itu mengalami kelebihan berat badan sejak usia tiga tahun, setelah disunat. Sejak saat itu, nafsu makan Satia melebihi anak pada umumnya.

"Anak ini dalam sehari bisa makan nasi enam sampai tujuh kali. Belum ngemil, seperti makan bakso. Bahkan, setiap pukul 00.00 WIB, dia minta makan," ujar Sarli.

Tahun ini, Satia akan memasuki sekolah dasar (SD). Tetapi, Sarli dan istrinya kesulitan menemukan seragam sekolah untuk anaknya tersebut karena di pasaran tidak ada ukuran yang muat untuk Satia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement