Selasa 02 Jul 2019 20:34 WIB

BNPB Tambah Helikopter Pengebom Air ke Riau

Helikopter akan membantu mengatasi Karhutla Riau yang meningkat sepekan terakhir.

Ilustrasi kebakaran hutan dan lahan perkebunan di Riau.
Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Ilustrasi kebakaran hutan dan lahan perkebunan di Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali mengirim satu helikopter pengebom air guna mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau menyebutkan ada peningkatan jumlah titik api yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan. 

Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Jim Gafur mengatakan helikopter jenis Mi-8 tersebut tiba di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Selasa (2/7) sore. "Dengan kedatangan helikopter tersebut total ada enam helikopter water bombing di Riau. Seluruhnya bantuan dari BNPB," kata Jim di Pekanbaru, Selasa.

Baca Juga

Helikopter MI-8 segera bergabung dengan jenis Kamov, Mi-171, Sikorsky dan dua unit Mi-8 lainnya yang terlebih dahulu berjibaku mengatasi titik-titik api di Riau sejak awal 2019 ini. Helikopter Mi-8 itu sebelumnya diterbangkan BNPB dari Palembang sekitar pukul 14.00 WIB. Helikopter tersebut akan membantu mengatasi Karhutla Riau yang mulai marak sejak sepekan terakhir.

Jim menjelaskan keberadaan helikopter itu akan sangat membantu Satgas dalam mengatasi Karhutla, terutama yang melanda sebagian wilayah gambut pesisir Riau seperti Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai dan Siak. Ia menuturkan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan Riau memasuki puncak musim kemarau pada Juli hingga Agustus 2019 mendatang.

"Prediksi BMKG kita memasuki puncak musim kemarau pada Juli ini hingga Agustus. Sehingga ini menjadi salah satu alasan BNPB memperkuat Riau dengan helikopter pengebom air," tuturnya.

Selain itu, dia juga menjelaskan sejumlah helikopter pengebom air yang selama ini bertugas di Riau juga akan memasuki akhir kontrak. Sehingga, diharapkan pada saat puncak musim kemarau tidak terjadi kekosongan armada helikopter sehingga upaya penanggulanganKarhutla tidak terganggu.

"Kita belajar pengalaman 2015 silam saat puncak musim kemarau terjadi kekosongan heli sehingga kebakaran sulit dikendalikan," tuturnya.

Selain mengandalkan upaya pemadaman dari udara, upaya penanggulangan juga dilakukan oleh tim gabungan TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni dan masyarakat setempat.

Hingga awal Juli 2019 ini, tercatat lebih dari 3.211 hektare lahan di Riau hangus terbakar. Kabupaten Bengkalis menjadi wilayah yang terluas mengalami Karhutla dengan luas mencapai 1.426,83 hektare.

Di Bengkalis, kebakaran lahan yang paling luas berada di Pulau Rupat. Di Pulau yang berada persis di bibir Selat Malaka yang berbatasan langsung dengan negara tetangga itu mengalami kebakaran sejak awal tahun. Kondisinya terus memburuk hingga bulan berikutnya membuat Panglima TNI harus mengirimkan seribuan anggota Komando Strategis Angkatan Darat untuk membantu pemadaman.

Saat ini, Pulau Rupat cenderung stabil setelah kebakaran berhasil diatasi dengan baik. Meski begitu, personel gabungan TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni hingga masyarakat masih tetap waspada mengantisipasi munculnya titik-titik api di wilayah itu.

Selain Bengkalis, kebakaran turut melanda wilayah Rohil dengan luas kebakaran mencapai 548,25 hektare. Selanjutnya Siak 347,85 hektare, Dumai 266,75 hektare dan Meranti 232,7 hektare. Kemudian, di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) 118,6 hektare, Pelalawan 90 hektare dan Indragiri Hulu (Inhu) 71,5 hektare.

Pemerintah Provinsi Riau telah mengaktifkan Satgas Karhutla setelah menetapkan status siaga darurat sejak 19 Februari hingga 31 Oktober 2019 mendatang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement