Senin 24 Jun 2019 23:42 WIB

KPA: Penanganan ODHA di Bandung Lebih Baik dari Nasional

KPA menyebut Kota Bandung mampu memberikan treatment coverage ke 40 persen ODHA

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang perawat tengah memberikan cairan Anti Retroviral Virus (ARV) sebagai obat memperlambat perkembangan virus kepada anak dengan HIV/AIDS.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Seorang perawat tengah memberikan cairan Anti Retroviral Virus (ARV) sebagai obat memperlambat perkembangan virus kepada anak dengan HIV/AIDS.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Upaya pencegahan serta penanggulangan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS  (Acquired Immune Deficiency Syndrome) di Kota Bandung saat ini sudah lebih baik dibandingkan dengan persentase nasional. Meski begitu, Pemerintah Kota Bandung melalui Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) terus berkomitmen untuk menanggulanginya secara maksimal.

Hal ini disampaikan Sekretaris KPA Kota Bandung,  Dr. Bagus Rahmat Prabowo. Bagus mengatakan penanganan terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kota Bandung sudah jauh lebih baik dari persentase nasional. Di Kota Bandung sudah mampu memberikan ‘treatment coverage’ kepada 40 persen ODHA.

“Laporan dari UNAIDS kemarin itu Indonesia ranking 4 terburuk dalam pencegahan dan penanggulangan HIV, treatment coverage (jangkauan perawatan) kita (Indonesia) itu hanya sekitar 18 persen,” kata Bagus di sela-sela rapat koordinasi lintas sektor pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tingkat Jawa Barat seperti dalam siaran persnya, Senin (24/6).

Meski begitu, Bagus menegaskan, tingginya persentase pengobatan tersebut tidaklah cukup untuk menanggulangi dan mencegah penyebaran HIV/AIDS. Perlu upaya lainnya agar bisa menjangkau lebih dalam lagi kepada para ODHA. 

"Semakin tinggi orang yang diobati maka infeksi baru semakin turun. Di Indonesia, kondisinya hanya 18 persen memperoleh perawatan. Artinya masih ada 82 persen yang positif tapi tidak tahu statusnya dan masih bisa menularkan orang lain. Kalau di Kota Bandung penanganannya sedikit lebih baik, kita sekitar 40 persen,” tuturnya.

Selain dari pengobatan yang menjadi bagian dari usaha moderen melalui medis dan obat-obatan, Bagus menyatakan bahwa upaya konvensional dengan pendekatan humanis dalam rangka mencegah penyebaran HIV/AIDS.

Ia menyebutkan saat ini Indonesia sudah punya berbagai metode untuk pencegahan penularan, misalnya tidak berhubungan seks atau tidak menggunakan napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif). Namun ada pencegahan yang dilakukan melalui biomedis.

"Ini cukup tren, yaitu dengan pengobatan atau profilaksis pengobatan, ini bisa mencegah penularan,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengaku bersyukur Kota Bandung masih memiliki KPA. Sehingga program penanggulangan HIV AID bisa dijalankan dengan optimal.

“Alhamdulillah Kota Bandung sampai saat ini masih konsisten, masih memiliki KPA. Sementara di daerah lain ternyata ada yang sudah tidak ada KPA,” kata Yana.

Yana menegaskan, upaya pencegahan harus gencar agar dapat menekan angka penyebaran HIV/AIDS. Untuk itu, kolaborasi bersama KPA tidak hanya untuk menanggulangi para ODHA, tetapi turut berupaya mengantisipasi penyebarannya.

Di samping itu, Yana yang juga Ketua Pelaksana KPA ini juga mengimbau kepada masyarakat Kota Bandung, khususnya dari kalangan generasi muda untuk memperhatikan pola hidupnya lebih sehat. Sehingga mampu meminimalisasi resiko terjangkit HIV/AIDS.

“Mudah-mudahan dengan ada KPA ini penanggulangan AIDS di Kota Bandung bisa lebih baik. Mudah-mudahan kerja sama Pemerintah Kota dengan KPA bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement