Senin 17 Jun 2019 12:40 WIB

Rata-Rata Lama Sekolah Warga Indramayu Hanya 5,9 Tahun

Rata-rata pendidikan warga Indramayu 5,9 tahun atau tak sampai lulus SD

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Christiyaningsih
Sejumlah siswa sekolah dasar (SD) berjalan sambil membawa soal-soal setelah pelaksanaan uji coba ujian nasional (ilustrasi).
Foto: Antara/Andika Wahyu
Sejumlah siswa sekolah dasar (SD) berjalan sambil membawa soal-soal setelah pelaksanaan uji coba ujian nasional (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Rata-rata lama sekolah warga di Kabupaten Indramayu hanya mencapai 5,9 tahun. Ini artinya rata-rata pendidikan mereka tak sampai lulus SD. Rendahnya kesadaran warga akan pentingnya pendidikan menjadi salah satu penyebabnya.

 

Baca Juga

Hal itu terlihat dari data BPS Provinsi Jawa Barat, sebagaimana tercantum dalam website https://jabar.bps.go.id. Dalam website itu disebutkan rata-rata lama sekolah warga Kabupaten Indramayu pada 2018 hanya 5,98 tahun.

 

Angka itu naik sedikit dari rata-rata lama sekolah tahun sebelumnya yang mencapai 5,97 tahun. Meski mengalami kenaikan, namun angka tersebut tetap terendah dibandingkan kota/kabupaten lainnya di Jabar.

 

Kabupaten Indramayu tertinggal cukup jauh dari kabupaten/kota tetangganya di Wilayah Ciayumajakuning. Di Kota Cirebon, rata-rata lama bersekolah warganya mencapai 9,89 tahun, Kabupaten Cirebon 6,62 tahun, Kabupaten Majalengka 6,91 tahun, dan Kabupaten Kuningan 7,36 tahun. 

 

Kepala Bidang Pembinaan SMP pada Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu Supardo saat dikonfirmasi membenarkan kondisi itu. Menurutnya rata-rata lama sekolah warga Kabupaten Indramayu yang saat ini hanya 5,9 tahun. Dia pun mengaku sangat prohatin dengan kondisi tersebut.

"Banyak faktor yang menyebabkan masih rendahnya rata-rata lama sekolah warga Indramayu," kata Supardo akhir pekan kemarin.

 

Supardo menyebut salah satu faktor itu adalah rendahnya kesadaran orang tua terhadap pentingnya pendidikan anak. Bahkan, ada contoh kasus orang tua yang rela menghentikan pendidikan anak kemudian menikahkan anaknya dengan pria berumur yang memiliki tingkat ekonomi yang cukup.

 

Selain itu, lanjut Supardo, faktor lainnya adalah soal ekonomi. Orang tua dengan tingkat ekonomi yang kurang akhirnya memilih bekerja ke luar negeri. Anak-anak mereka kemudian dititpkan kepada neneknya sehingga pendidikan anak-anak itu tidak terpantau dengan baik. "Akhirnya anaknya jadi drop out," terang Supardo.

Anggota DPRD Kabupaten Indramayu, Ruswa, saat dimintai tanggapannya mengungkapkan rata-rata lama sekolah warga Indramayu yang baru mencapai angka 5,9 tahun memang memprihatinkan. Meski di sisi lain, terdapat peningkatan angka tersebut dari 2015 yang hanya mencapai 5,45 tahun.

 

"Artinya ada pergerakan naik selama kurun tiga tahun sebesar 0,45," kata Ruswa.

 

Namun Ruswa mengakui banyak yang harus dievaluasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu. Apalagi, anggaran pendidikan Kabupaten Indramayu selama ini tiap tahunnya selalu di atas 30 persen atau melebihi kewajiban UU sebesar 20 persen.

 

"Idealnya anggaran maksimal yang didukung APBD harusnya bisa menyelesaikan banyak hal dalam masalah pendidikan Indramayu," tukas Ruswa.

 

Ruswa mengungkapkan Disdik harus mengevaluasi program-program yang ada sehingga bisa mengangkat secara signifikan masalah rata-rata lama sekolah. Selain itu, harus ada fokus terhadap masalah yang ingin diprioritaskan supaya anggaran bisa berjalan efektif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement