Sabtu 15 Jun 2019 04:59 WIB

Bulan Sabit Merah Indonesia Bantu Kawasan Konawe Utara

akses ke Konawe Utara hanya bisa dilalui lewat jalur darat dari Kendari selama 8 jam.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Andi Nur Aminah
Rumah warga terendam banjir bandang di Desa Sampara, Konawe, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/6/2019).
Foto: Antara/Jojon
Rumah warga terendam banjir bandang di Desa Sampara, Konawe, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) mendatangi salah satu wilayah Sulawesi Tenggara yang terdampak banjir yaitu Konawe Utara. Akibat banjir, kawasan itu sulit diakses.

Relawan Tim BSMI dokter Idham Rahman mengatakan, akses ke Konawe Utara hanya bisa dilalui lewat perjalanan darat dari Kendari selama delapan jamakses ke Konawe Utara hanya bisa dilalui lewat perjalanan darat dari Kendari selama delapan jam. "Itu pun akses terhambat genangan air dan jalan berlumpur," ujarnya melalui siaran pers, Jumat, (14/6).

Baca Juga

Di beberapa wilayah di Konawe Utara, lanjutnya, hanya bisa dilalui dengan rakit kayu sederhana untuk evakuasi. Di sisi kanan serta kiri jalan dijumpai pula ratusan rumah dan bangunan terendam.

Ketua BSMI Sulawesi Tengah tersebut menuturkan, tim relawan BSMI untuk Banjir Sulawesi Tenggara menerjunkan relawan kesehatan bersama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo Kendari. Selanjutnya, berdasarkan koordinasi dengan Bupati Kabupaten Konawe Utara dan Markas komando penanggulangan bencana didapatkan beberapa data terkait bencana banjir di Konawe Utara.

"Data menyebutkan di Konawe Utara terdapat 5.888 jiwa pengungsi, 1436 rumah terendam, 6 titik terisolir. Kemudian 12 titik rusak parah, 19 titik rusak sedang, 7 jembatan penghubung antarkecamatan rusak," papar Idham.

Sementara, kata dia, untuk kondisi layanan kesehatan didapatkan data tujuh Puskesmas terisolir dengan kondisi tidak ada dokter dan hanya bisa diakses dengan angkutan udara atau air. Sedangkan dokter umum fungsional dan tiga dokter spesialis disiagakan di RSUD dan ada satu Puskesmas yang beroperasi dengan empat dokter.

"Saat ini yang menjadi prioritas adalah dokter yang bisa stay di pos pelayanan kesehatan, obat-obatan. Sementara logistik masih membutuhkan kebutuhan pokok sembako, air bersih untuk minum, terpal atau karpet dan selimut," tegasnya.

Idham menyebutkan, kendala utama adalah cuaca yang masih sering hujan. Akses helikopter dan perahu pun terhambat. "Akses darat yang sulit ditempuh juga membuat penyaluran logistik terutama daerah terisolir terhambat," jelas dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement