Kamis 06 Jun 2019 03:17 WIB

ASITA Riau: Banyak Paket Wisata Batal Akibat Tiket Pesawat

Banyak agen wisata membatalkan paket tur wisata akibat mahalnya tiket pesawat.

Red: Nur Aini
Pesawat jenis boeing milik Garuda Indonesia lepas landas di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (15/3/2019).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Pesawat jenis boeing milik Garuda Indonesia lepas landas di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (15/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Riau menyatakan bahwa banyak masyarakat membatalkan paket wisata yang sudah dipesan lewat agen wisata. Hal itu akibat masih mahalnya harga tiket pesawat terbang.

"Hal ini jelas berdampak langsung pada lesunya usaha travel agent dan pariwisata di Riau," kata Ketua Asita Riau Dede Firmansyah di Pekanbaru, baru-baru ini.

Baca Juga

Dia mengatakan beberapa agen mengeluhkan terpaksa membatalkan paket-paket tur wisata, terutama ke Jawa, akibat mahalnya tiket pesawat domestik.

Dede menjelaskan sejak Januari hingga Desember 2018 bahkan sampai saat ini, tren harga tiket pesawat domestik khususnya dari Pekanbaru ke sejumlah Kota di Indonesia belum menunjukkan penurunan seperti yang diharapkan masyarakat.

Bahkan, jelang Idul Fitri 1440 Hijriyah, harga tiket cenderung naik hingga mencapai Rp 2-3 juta untuk kelas ekonomi. Tak heran, banyak calon pemudik yang biasanya menggunakan jasa penerbangan kini banyak beralih menggunakan transportasi darat atau laut.

Menurut Dede, mahalnya harga tiket tidak hanya memberikan dampak terhadap penjualan tiket pesawat di kalangan agen wisata, tetapi juga berpengaruh terhadap lesunya berbagai sektor dunia pariwisata.

"Kita travel agent kan mau buat paket tur untuk bisa mewujudkan perputaran wisatawan Nusantara, sesuai keinginan kementerian pariwisata tapi kondisi saat ini belum mendukung," katanya.

Sejumlah penggunan jasa justru ada mengalihkan turnya ke Singapura dan Malaysia karena tiketnya jauh lebih murah. Menurut Dede, kenaikan harga tiket dapat dimaklumi jika terjadi di musim liburan seperti akhir tahun, karena fenomena itu biasanya dipicu oleh permintaan pengguna jasa penerbangan yang tinggi.

"Tetapi memasuki Januari dan Februari itu pasti turun biasanya, karena permintaan juga kurang. Makanya, saya heran, kok dari Januari sampai sekarang nggak turun-turun. Bahkan ada penerbangan yang katanya low cost carrier(LCC), tetapi harga bagasinya mahal," ujarnya.

Karena itu, Dede menawarkan solusi kepada Pemerintah agar membuka rute bagi maskapai (LCC) lainnya. Dede menyatakan sudah pernah mendesak Menteri Pariwisata untuk melakukan upaya agar harga tiket pesawat kembali murah, sehingga sektor pariwisata kembali bergairah.

"Saya sudah sampaikan ini langsung ke Menteri Pariwisata, supaya dunia pariwisata kita tidak lesu," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement