Senin 20 May 2019 16:07 WIB

Istana Sebut Ada Penyelundupan Senjata dalam Aksi 22 Mei

Aparat keamanan telah menyita temuan senjata yang dimaksud.

Rep: Sapto Andika Candra / Red: Ratna Puspita
Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) Moeldoko di Ballrom Hotel Kempinski, Jakarta, Sabtu (19/1).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) Moeldoko di Ballrom Hotel Kempinski, Jakarta, Sabtu (19/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istana Kepresidenan menyebut adanya upaya penyelundupan senjata dalam aksi massa 22 Mei nanti, bertepatan dengan pengumuman hasil pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kepala Staf Presiden Moeldoko menyebutkan, temuan ini tercium oleh intelejen dan aparat keamanan telah menyita temuan senjata yang dimaksud. 

"Bukan ngawur, bukan ngarang, bukan tipuan. Enggak. Ada buktinya. Kami ingin, buktinya polisi sudah menangkap beberapa teroris. Kedua, intelijen kita sudah menangkap adanya upaya menyelundupkan senjata dalam rangka itu," jelas Moeldoko, Senin (20/5). 

Baca Juga

Penyelundupan senjata dalam aksi 22 Mei 2019 pun tak main-main. Moeldoko mengatakan, oknum yang menyelundupkan senjata berencana menempatkan penempak jitu di atas gedung-gedung di dekat lokasi aksi massa.

Moeldoko mengatakan sejumlah senjata api yang diamankan polisi dilengkapi dengan peredam. "Berikutnya ada senjata yang tidak menggunakan pisir sehingga itu harus menggunakan teleskop. Itu untuk apa itu? Itu untuk senjata yang sudah disiapkan sniper. Yang begini saya harus katakan terang benderang pada publik agar publik paham," kata Moeldoko. 

Moeldoko melihat adanya upaya dari pihak tertentu untuk membangun skenario menyalahkan pemerintah. Tak hanya itu, Moeldoko melanjutkan, oknum di balik aksi 22 Mei juga ingin menjadikan TNI-Polri sebagai korban tuduhan atas pelanggaran HAM.

Demi menghindari terbentuknya skenario ini, TNI-Polri sepakat untuk tidak menggunakan senjata amunisi dan senjata tajam dalam pengamanan aksi lusa. "Amunisi tajam itu dilarang. Berikutnya, kami menghindari kontak langsung dengan massa. Secara taktikal, akmi sudah susun dengan bai sehingga kami berharap enggak ada lagi TNI-Polri jadi korban dari sebuah skenario yang disiapkan," kata Moeldoko. 

Moeldoko optimistis seluruh pihak termasuk aparat TNI-Polri dan Pemda sudah bekerja keras untuk melakukan dialog dengan berbagai elemen masyarakat. Masyarakat, kata Moeldoko, diminta untuk tidak ikut berbondong-bondong dan berkumpul dalam wilayah tertentu, termasuk mengikuti aksi 22 Mei di Jakarta esok lusa. 

"Karena kondisi itu tidak menguntungkan bagi siapapun. Justru menguntungkan kepada pihak-pihak yang punya upaya, agenda untuk membuat situasi menjadi tidak baik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement