Rabu 08 May 2019 22:47 WIB

Menhan: Upaya Mengubah Ideologi Jadi Ancaman Paling Bahaya

Hal paling berbahaya dari ancaman nonfisik, yaitu ancaman terhadap mindset bangsa.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.
Foto: Abdan Syakura
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengingatkan tentang bahaya perang mindset atau pola pikir yang mengancam ideologi negara, Pancasila. Ia mengatakan hal paling berbahaya dari ancaman nonfisik, yaitu ancaman terhadap mindset bangsa Indonesia.

"Upaya untuk mengubah Ideologi negara bangsa Indonesia. Pancasila itu alat pemersatu, begitu alat pemersatu dipecah, ini harus dipahami. Tapi, lebih banyak enggak paham gitu, enggak jelas hoaks-hoaks itu," kata Menhan saat membuka Simposium bertemakan "Ancaman Perang Mindset dalam Era Keterbukaan Informasi", di Gedung Kemhan, Jakarta, Rabu (8/5).

Baca Juga

Dia menyebutkan, ada tiga ancaman terhadap negara. Pertama, perang terbuka antarnegara. Kedua, perang dengan terorisme, bencana alam, dan narkotika. Ketiga, perang mindset.

Ryamizard mengatakan ancaman mindset ini bersifat masif dan terstruktur. Saat ini, ia menilai yang paling banyak muncul dan beredar di masyarakat adalah faham khilafah.

Ia menuding hal ini juga yang kemudian bermuara pada faham radikal yang bermunculan di Indonesia. "Ancaman khilafah ini sudah terang-terangan ingin mengganti ideologi negara Pancasila," kata Ryamizard.

Ryamizard meminta kepada masyarakat Indonesia untuk mewaspadai perang pemikiran. Beberapa negara hancur karena ada ideologi lain yang mengubah ideologi negara tersebut.

"Perang mindset itu murah meriah, tapi jika pihak musuh sudah dapat hancurkan pilar dan sendi dasar bernegara. Contoh ada beberapa negara karena ideologi dan simbol negara dirusak oleh ideologi lain. Contoh Uni Soviet, negara kuat, kalau perang terbuka dua-duanya hancur, tapi ini hancur sendiri," kata mantan kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini.

Ryamizard menyebutkan, serangan mindset akan terus mempengaruhi hati dan pikiran rakyat dengan tujuan untuk membelokkan pemahaman terhadap ideologi negara. Metode operasional perang ini dilakukan melalui infiltrasi ke dalam dimensi intelijen, militer, pendidikan, ekonomi, ideologi, politik, sosial budaya/kultur dan agama, bantuan-bantuan, kerja sama berbagai bidang dan media/informasi.

"Setelah infiltrasi berhasil, dilanjutkan dengan mengeksploitasi dan melemahkan central of gravity kekuatan suatu negara melalui politik adu domba untuk timbulkan kekacauan/kekerasan, konflik horisontal (SARA), memunculkan keinginan untuk memisahkan diri atau separatisme dimulai dengan eskalasi pemberontakan pada akhirnya terjadi pertikaian antar anak bangsa/perang saudara," jelas Menhan.

Guna menghadapi ancaman terhadap ideologi Pancasila, ia mengatakan, perlu adanya suatu konsep penanaman wawasan kebangsaan yang kuat dan final kepada seluruh Rakyat Indonesia. Hal itu agar tidak mudah dipengaruhi dan terprovokasi oleh pemikiran-pemikiran bersifat materialis yang hendak menghancurkan Pancasila.

"Kita juga harus mengedepankan aktualisasi dan pemurnian implementasi nilai-nilai Pancasila sebagai basis kekuatan ideologi bangsa dan negara. Ideologi Pancasila ini merupakan ideologi yang berbasiskan Filsafat Idealisme. Nilai-nilai yang terkandung dalam Ideologi Idealisme tidak akan pernah berubah sejak dulu sekarang dan yang akan datang," tegasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement